
Sebagai dokter spesialis kedokteran penerbangan, saya sering menerima pertanyaan dari orang tua yang khawatir anaknya mengalami mabuk saat melakukan perjalanan dengan pesawat. Kondisi ini dikenal sebagai mabuk udara atau airsickness. Meskipun bukan penyakit serius, dampaknya bisa sangat mengganggu terutama saat momen yang seharusnya menyenangkan seperti liburan keluarga. Tak jarang, perjalanan yang dinanti justru berubah menjadi pengalaman tak nyaman bagi si kecil dan orang tuanya. Melalui artikel ini, saya ingin berbagi informasi penting tentang gejala, pencegahan, dan penanganan mabuk udara pada anak agar perjalanan anda tetap aman dan menyenangkan.
BACA JUGA: Kulit Terbakar Saat Liburan? Atasi dengan 5 Tips Berikut Ini
Apa Itu Mabuk Udara?
Mabuk udara, atau yang dikenal juga sebagai airsickness, adalah salah satu bentuk dari mabuk perjalanan (motion sickness) yang cukup sering terjadi, terutama saat bepergian dengan pesawat. Kondisi ini muncul akibat respons tubuh yang “kebingungan” menghadapi gerakan yang tidak biasa, yang menyebabkan otak menerima sinyal yang bertentangan dari mata, telinga bagian dalam, dan tubuh, sehingga memicu reaksi seperti mual, pusing, hingga muntah.
Meskipun bukan kondisi berbahaya, mabuk udara bisa sangat mengganggu kenyamanan penumpang, khususnya anak-anak, dan bisa membuat perjalanan terasa jauh lebih melelahkan dari seharusnya.
Apa Saja Tanda dan Gejala yang Dapat Terjadi?
Gejala mabuk udara atau airsickness bisa sangat bervariasi dari satu anak ke anak lainnya. Ada yang hanya merasa sedikit mual, ada pula yang sampai muntah berulang kali sepanjang perjalanan.
Tingkat keparahan gejala ini dipengaruhi oleh banyak hal, seperti jenis dan durasi gerakan (misalnya turbulensi), kondisi fisik anak saat itu, serta seberapa baik tubuhnya bisa beradaptasi.
Beberapa tanda dan gejala yang umum dialami saat mabuk udara dan dapat menjadi perhatian orang tua meliputi:
- Mual
- Muntah
- Wajah pucat
- Keringat dingin
- Perut terasa tidak nyaman atau sering buang angin
- Sakit kepala
- Gangguan keseimbangan atau rasa oleng
- Air liur berlebihan
- Kondisi lelah yang berlebihan
- Sering menguap meski tidak mengantuk
Bagaimana Cara Menangani dan Mencegahnya?
Untuk kondisi airsickness pencegahan dan penatalaksanaan yang dapat dilakukan terbagi menjadi 3 fase, yaitu fase sebelum, saat, dan setelah penerbangan. Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan terkait pencegahan dan tatalaksana air sickness:
1. Fase Sebelum Penerbangan (Pencegahan)
- Pilihlah lokasi duduk di pesawat di area paling stabil yaitu area tengah pesawat, serta pilihlah tempat duduk anak di samping jendela pesawat
- Hindari konsumsi makanan tinggi garam, minyak, dan lemak setidaknya sejak 3 jam sebelum penerbangan
- Hindari anak melakukan penerbangan dalam kondisi perut kosong
- Pastikan anak dalam status hidrasi yang baik
- Hindari memberikan obat tidur pada anak, karena dapat berpotensi menyebabkan masalah baru pada anak
- Bawalah wewangian atau camilan dengan aroma yang kuat seperti jahe ataupun sitrus
2. Fase Saat Penerbangan (Penatalaksanaan)
- Konsumsi camilan dengan aroma yang kuat
- Hindari anak membaca terlalu lama saat diperjalanan
- Perhatikan asupan air mineral selama penerbangan
- Mengarahkan ventilasi AC ke arah anak dengan aliran angin yang tidak terlalu kencang
- Mintalah dan arahkan anak untuk melihat ke luar pesawat ke arah titik horizon, dengan posisi kepala diam
- Berikan distraksi tanpa adanya gerak mata atau kepala, seperti mendengarkan music
- Bantu dan arahkan anak untuk mengatur pernafasannya secara pelan dan dalam
3. Fase Setelah Penerbangan
Fase setelah penerbangan atau fase rehabilitasi, penting diperhatikan terutama jika gejala yang dialami anak tidak membaik dalam 24 jam setelah mendarat. Waspadai pula jika anak terlihat tidak mau makan atau minum, tampak sangat lemas, atau menunjukkan tanda-tanda komplikasi seperti sindroma sopite.
Sindroma ini ditandai dengan sikap apatis, kantuk berlebihan, sulit berkonsentrasi, sering melamun, mudah marah, hingga mengalami gangguan tidur. Jika anak menunjukkan gejala-gejala tersebut, jangan menunda, segera konsultasikan ke dokter Spesialis Kedokteran Penerbangan untuk evaluasi dan penanganan yang tepat.
Kapan Harus ke Dokter?
Selain menangani pada fase setelah penerbangan, berkonsultasi dengan spesialis kedokteran penerbangan juga disarankan sebelum melakukan penerbangan apabila anak memiliki riwayat mabuk udara dengan gejala yang hebat, sudah melakukan tips di atas namun tidak ada perubahan, maupun pada anak-anak yang memiliki riwayat kondisi medis tertentu.
Dengan memahami dan menerapkan langkah-langkah pencegahan serta penanganan yang tepat, mabuk udara (airsickness) pada anak bukan lagi hal yang perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Liburan keluarga tetap bisa dinikmati tanpa gangguan berarti, asalkan orang tua sigap dan cermat dalam mengenali gejala serta memberikan penanganan yang sesuai.
Berkonsultasi dengan dokter Spesialis Kedokteran Penerbangan, selain untuk menangani gejala setelah penerbangan juga disarankan dilakukan sebelum melakukan penerbangan jika anak memiliki riwayat mabuk udara yang berat, tidak membaik meski sudah mengikuti berbagai tips sebelumnya, atau memiliki kondisi medis tertentu. Dengan persiapan yang matang dan penanganan yang tepat, perjalanan udara bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan dan bebas drama bagi seluruh anggota keluarga.
Artikel ditulis oleh dr. Andyka Banyu Sutrisno, Sp.KP (Spesialis Kedokteran Penerbangan RS EMC Cibitung).