Lebih dari Merawat, Ini Peran Keluarga dalam Mendukung Pasien Demensia

Menghadapi demensia bukanlah hal mudah, baik bagi pasien maupun keluarganya. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi daya ingat, tetapi juga emosi, perilaku, hingga kualitas hidup seseorang. Di tengah tantangan tersebut, peran keluarga menjadi sangat penting. Lebih dari sekadar merawat, dukungan keluarga mampu memberikan rasa aman, meningkatkan semangat, dan menjaga kualitas hidup pasien. Kehadiran orang terdekat sebagai pendamping sehari-hari bisa menjadi sumber kekuatan yang tak tergantikan dalam perjalanan menghadapi demensia.

Memahami Kondisi Pasien Demensia

Demensia adalah gangguan fungsi otak yang menyebabkan penurunan kemampuan berpikir, mengingat, berkomunikasi, hingga mengendalikan emosi. Kondisi ini bukan bagian normal dari penuaan, meski risikonya meningkat seiring bertambahnya usia. Penyakit Alzheimer merupakan jenis demensia yang paling umum terjadi, tetapi ada juga jenis lain seperti demensia vaskular, Lewy body, atau frontotemporal.

Kondisi pasien demensia dapat bervariasi, mulai dari sering lupa hal-hal sederhana, bingung dengan waktu atau tempat, sulit menemukan kata saat berbicara, hingga mengalami perubahan perilaku dan suasana hati. 

Pada tahap yang lebih lanjut, pasien akan membutuhkan bantuan dalam aktivitas sehari-hari seperti makan, mandi, atau berpakaian. Perubahan ini sering kali membuat pasien merasa cemas, frustasi, bahkan terisolasi, sehingga membutuhkan dukungan emosional dan sosial yang kuat dari keluarga maupun lingkungan sekitar.

Tanda-Tanda Awal Demensia yang Perlu Diwaspadai

Demensia umumnya ditandai dengan penurunan kemampuan berpikir yang memengaruhi keseharian penderitanya. Gejala yang muncul bisa berbeda pada setiap orang, tetapi beberapa tanda yang sering ditemui antara lain:

  1. Gangguan Memori
    Pasien mengalami gangguan memori jangka pendek sehingga mengalami kesulitan mengingat informasi atau peristiwa yang baru terjadi.  Hal ini ditandai dengan lupa akan hal yang baru dialami, didengar, atau dilihat. Pasien kerap mengulang pertanyaan yang sama berkali-kali.
  2. Kebingungan tentang Waktu dan Tempat
    Pasien bisa kehilangan orientasi, misalnya tidak tahu hari, bingung arah jalan, atau tersesat di tempat yang biasanya familiar.
  3. Kesulitan Berkomunikasi
    Mengalami kesulitan mencari kata, sulit mengikuti percakapan, atau tidak memahami instruksi sederhana.
  4. Perubahan Perilaku dan Emosi
    Pasien bisa menjadi mudah marah, cemas, depresi, atau menunjukkan perubahan suasana hati yang drastis.
  5. Penurunan Kemampuan Menyelesaikan Aktivitas Sehari-hari
    Hal-hal yang sebelumnya mudah dilakukan, seperti memasak, mengelola keuangan, atau memakai pakaian, bisa menjadi sulit.
  6. Kesulitan Konsentrasi dan Mengambil Keputusan
    Pasien mungkin kesulitan fokus, bingung saat harus memilih, atau sering mengambil keputusan yang tidak logis.
  7. Menarik Diri dari Lingkungan Sosial
    Karena kesulitan berkomunikasi atau merasa malu dengan kondisinya, pasien sering menghindari aktivitas sosial.

Peran Keluarga dalam Merawat Pasien Demensia

Merawat pasien demensia bukan hanya soal membantu aktivitas sehari-hari, tetapi juga memberikan dukungan emosional, sosial, dan psikologis. Keluarga menjadi pilar utama yang mampu menjaga kualitas hidup pasien dengan cara-cara berikut:

  1. Memberikan Dukungan Emosional
    Kehangatan, kesabaran, dan kasih sayang dari keluarga membantu pasien merasa aman, dihargai, dan tidak sendirian menghadapi kondisinya.
  2. Mendampingi Aktivitas Sehari-hari
    Pasien demensia sering kesulitan mengurus dirinya sendiri. Kehadiran keluarga untuk membantu makan, mandi, menjaga kebersihan diri, berpakaian, atau menemani berbincang-bincang sangat berarti bagi mereka.
  3. Menjadi Pengingat dan Pemandu
    Keluarga berperan sebagai "penjaga ingatan", misalnya dengan mengingatkan jadwal minum obat, menemani kontrol ke dokter, atau membantu mengenali orang dan tempat.
  4. Menciptakan Lingkungan yang Aman
    Menata rumah agar lebih ramah bagi pasien, seperti menghindari benda tajam atau memberi pencahayaan cukup, dapat mencegah risiko cedera dan meningkatkan kenyamanan.
  5. Memberikan Stimulasi Kognitif
    Mengajak pasien berbincang, bermain puzzle sederhana, mendengarkan musik, atau mengenang masa lalu melalui album foto bisa melatih otak tetap aktif.
  6. Menjadi Jembatan dengan Tenaga Medis
    Keluarga juga berperan dalam komunikasi dengan dokter, perawat, atau terapis untuk memastikan pasien mendapat perawatan terbaik sesuai kebutuhannya.

Kapan Keluarga Harus Membawa Pasien Demensia ke Dokter?

Meskipun lupa sesekali adalah hal yang wajar, keluarga perlu lebih waspada jika gejala yang dialami pasien semakin sering muncul dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Pemeriksaan ke dokter sebaiknya dilakukan jika:

  1. Gangguan ingatan semakin sering terjadi, pasien berulang kali lupa hal penting, sulit mengenali orang dekat, atau tersesat di tempat yang familiar.
  2. Perubahan perilaku dan emosi menjadi ekstrem, misalnya sering marah tanpa alasan, depresi, curiga berlebihan, atau mengalami halusinasi.
  3. Kesulitan melakukan aktivitas dasar, seperti makan, mandi, berpakaian, atau mengurus kebutuhan pribadi.
  4. Gangguan komunikasi makin jelas, pasien kesulitan berbicara, memahami percakapan, atau sering kehilangan kata.
  5. Pasien menunjukkan tanda berbahaya, seperti sering jatuh, tidak bisa menjaga kebersihan diri, atau membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain.
  6. Keluarga merasa kewalahan, jika beban merawat semakin berat, konsultasi dengan dokter dapat membantu mendapatkan dukungan medis dan terapi pendampingan.

Pemeriksaan ke tenaga medis penting untuk menegakkan diagnosis, menentukan jenis demensia, serta menyusun rencana perawatan yang tepat. Semakin cepat dideteksi, semakin baik peluang pasien untuk mendapatkan penanganan yang efektif.

Merawat pasien demensia memang penuh tantangan, baik secara fisik maupun emosional. Namun, keluarga tidak perlu merasa sendirian dalam menghadapi kondisi ini. Dukungan tenaga medis, psikolog, hingga komunitas pendamping pasien demensia dapat menjadi sumber bantuan yang berharga. Dengan memeriksakan pasien ke dokter sejak dini, keluarga bisa mendapatkan panduan perawatan yang lebih tepat, sehingga kualitas hidup pasien tetap terjaga dan keluarga pun merasa lebih kuat dalam mendampingi.

Artikel ditulis oleh dr. Gloria Tanjung, Sp.N (Dokter Spesialis Neurologi / Saraf RS EMC Alam Sutera & Sentul).