Apakah Demensia Berbahaya? Mari Kenali Cara Pencegahannya

Demensia merupakan salah satu kondisi yang menjadi perhatian utama di dunia kesehatan, terutama karena meningkatnya jumlah lansia. Meskipun sering dianggap sebagai bagian normal dari penuaan, demensia sebenarnya adalah suatu sindrom yang disebabkan oleh berbagai penyakit yang menyerang otak. Penyakit ini bisa memengaruhi daya ingat, berpikir, orientasi, pemahaman, kemampuan belajar, bahasa, dan penilaian. Demensia bukan hanya menyebabkan gangguan pada individu yang mengalaminya, tetapi juga membawa dampak besar bagi keluarga dan sistem layanan kesehatan.

Demensia: Bukan Sekadar Masalah Ingatan

Demensia bukan nama dari suatu penyakit tunggal, melainkan istilah umum untuk menggambarkan berbagai gejala yang berkaitan dengan penurunan kemampuan kognitif. Demensia terjadi ketika sel-sel otak rusak dan kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi satu sama lain. Ini memengaruhi perilaku, kemampuan sosial, serta fungsi-fungsi otak lainnya.

Jenis-jenis demensia antara lain:

  • Penyakit Alzheimer (yang paling umum)
  • Demensia vaskular
  • Demensia Lewy body
  • Demensia frontotemporal
  • Demensia campuran (kombinasi dari beberapa jenis demensia)

Benarkah Demensia Bisa Membahayakan?

Jawabannya ya! Demensia adalah kondisi serius yang memengaruhi kehidupan sehari-hari penderitanya. Bahaya utama demensia terletak pada penurunan kemampuan dalam menjalani aktivitas harian, hilangnya kemampuan untuk merawat diri sendiri, hingga risiko keselamatan akibat disorientasi atau kebingungan yang terjadi.

Beberapa alasan mengapa demensia berbahaya:

  1. Penurunan Daya Ingat: Seseorang dengan demensia dapat melupakan hal-hal penting seperti mengambil obat, nama orang terdekat, atau alamat rumahnya sendiri.
  2. Disorientasi dan Kebingungan: Banyak penderita demensia tersesat bahkan di lingkungan yang sudah akrab.
  3. Perubahan Perilaku: Penderita dapat mengalami perubahan suasana hati, depresi, agresivitas, atau kecemasan yang ekstrem.
  4. Kesulitan Komunikasi: Demensia membuat seseorang kesulitan mengungkapkan pikiran dan memahami bahasa, menyebabkan isolasi sosial.
  5. Ketergantungan Total: Dalam stadium lanjut, penderita seringkali memerlukan bantuan penuh dalam segala aktivitas sehari-hari.

Apa Saja Pemicu Demensia?

Demensia disebabkan oleh kerusakan sel-sel otak. Penyebabnya bisa beragam, tergantung pada jenis demensianya. Berikut beberapa penyebab utama:

  • Penyakit Alzheimer: disebabkan oleh penumpukan plak dan protein abnormal di otak.
  • Demensia vaskular: disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak.
  • Cedera otak traumatis: seperti akibat benturan keras atau kecelakaan.
  • Infeksi dan penyakit autoimun: seperti HIV atau multiple sclerosis.
  • Tumor otak dan kondisi neurologis lainnya.

Waspadai Gejala Umum Demensia

Gejala demensia berkembang secara bertahap dan bisa berbeda pada tiap individu. Gejala awalnya bisa samar, namun lama kelamaan semakin parah. Gejala umum antara lain:

  • Kehilangan ingatan jangka pendek
  • Sulit berkonsentrasi atau membuat keputusan
  • Disorientasi waktu dan tempat
  • Kesulitan mengikuti percakapan
  • Perubahan perilaku dan suasana hati
  • Kesulitan mengurus aktivitas sehari-hari

Bagaimana Tahapan Demensia?

  1. Tahap Ringan: Lupa hal-hal kecil, kesulitan mengikuti arah atau percakapan, merasa kebingungan terhadap waktu.
  2. Tahap Sedang: Butuh bantuan untuk berpakaian atau makan, lupa nama anggota keluarga, mudah tersesat, perubahan kepribadian mulai nyata.
  3. Tahap Lanjut: Tidak dapat mengenali keluarga, tidak bisa berkomunikasi, sulit menelan, sepenuhnya bergantung pada orang lain.

Siapa Saja yang Berisiko Terkena Demensia?

Ada beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan seseorang terkena demensia, yaitu:

  • Usia (lansia di atas 65 tahun lebih berisiko)
  • Riwayat keluarga
  • Hipertensi
  • Diabetes
  • Kolesterol tinggi
  • Obesitas
  • Kurang aktivitas fisik dan mental
  • Merokok
  • Depresi

BACA JUGA: Demensia Dapatkah Dicegah?

Bisa Dicegah! Ini Cara Mengurangi Risiko Demensia

Walaupun tidak semua faktor risiko dapat dihindari, kita bisa mengurangi peluang terkena demensia melalui berbagai cara. Berikut adalah beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan:

1. Gaya Hidup Sehat

  • Konsumsi makanan bergizi, kaya antioksidan dan rendah lemak jenuh (misalnya pola makan Mediterania).
  • Hindari konsumsi alkohol berlebihan dan berhenti merokok.
  • Jaga berat badan ideal dan hindari obesitas.

2. Aktif Secara Fisik

  • Lakukan olahraga secara rutin seperti jalan cepat, berenang, yoga, atau bersepeda. Olahraga meningkatkan sirkulasi darah ke otak dan memperkuat fungsi kognitif.

3. Melatih Otak

  • Terus belajar hal baru seperti bahasa, musik, atau keterampilan baru.
  • Bermain teka-teki, catur, sudoku, atau permainan strategi lainnya.
  • Membaca buku dan berdiskusi aktif juga membantu menjaga kerja otak.

4. Sosialisasi

  • Tetap terhubung dengan keluarga, teman, dan komunitas. Interaksi sosial melatih komunikasi dan empati, yang baik untuk kesehatan mental.

5. Manajemen Penyakit Kronis

  • Kendalikan tekanan darah, diabetes, dan kolesterol dengan pola hidup sehat atau obat-obatan jika perlu.
  • Rutin periksa kesehatan, terutama untuk lansia.

6. Tidur Cukup dan Berkualitas

  • Kurang tidur atau tidur terganggu dapat mempercepat penurunan fungsi otak.
  • Upayakan tidur 7-9 jam per malam dengan kualitas yang baik.

7. Kelola Stres dan Kesehatan Mental

  • Praktikkan teknik relaksasi seperti meditasi, mindfulness, atau aktivitas menyenangkan lainnya.
  • Jangan ragu berkonsultasi dengan profesional bila merasa depresi atau cemas berkepanjangan.

Deteksi Dini Demensia, Mengapa Begitu Penting?

Semakin dini gejala demensia dikenali, semakin besar kemungkinan untuk memperlambat progresnya. Pemeriksaan dini juga memberi waktu bagi keluarga dan penderita untuk merencanakan perawatan, dukungan, dan tindakan yang diperlukan.

Dukungan Keluarga dan Masyarakat Sangat Dibutuhkan

Keluarga memegang peranan penting dalam perawatan penderita demensia. Dukungan emosional dan fisik dari orang-orang terdekat sangat membantu meringankan beban penderita. Di sisi lain, masyarakat perlu memiliki kesadaran dan empati terhadap penderita demensia.

Langkah-langkah yang bisa dilakukan keluarga:

  • Memberi rutinitas harian yang teratur.
  • Membantu penderita merasa aman dan nyaman.
  • Berbicara dengan bahasa sederhana dan sabar.
  • Melibatkan penderita dalam aktivitas ringan.

Demensia bukan akhir dari segalanya, tetapi awal dari perhatian lebih terhadap kesehatan otak kita.

Artikel ditulis oleh dr. Poek Denny Purbawijaya, Sp.N (Dokter Spesialis Neurologi / Saraf RS EMC Cikarang).