Tips untuk Pasien Diabetes menjalankan Puasa Ramadhan

Pasien diabetes boleh menjalankan puasa Ramadhan dengan beberapa catatan, yaitu melakukan persiapan sebulan atau dua belum sebelum memasuki bulan suci.

Pasien diabetes itu boleh puasa, puasa itu memperbaiki kendali glikemiknya. Tapi satu-dua bulan sebelum berpuasa, baiknya pasien diabetes konsultasi dengan dokter bagaimana agar kendali glikemiknya lebih baik.

Pasien diabetes sebaiknya melatih diri dengan puasa sunnah sebelum memasuki Ramadhan. Latihan puasa sebelum Ramadhan jadi penting lantaran akan banyak perubahan yang dialami pasien diabetes saat menjalankan puasa wajib di bulan suci.

Pada saat pasien diabetes berpuasa tentu banyak perubahan, pola makannya berubah, aktivitas fisik juga lebih minim, dan itu memengaruhi kondisi glukosa dalam darah.

Dalam masa persiapan, dokter akan menilai stratifikasi risiko. Kemudian, dokter menentukan pasien memiliki risiko tinggi atau risiko rendah jika menjalankan puasa.

Pasien risiko tinggi misalnya pasien yang menggunakan insulin, kendali glikemiknya jelek, gula darahnya di atas 300, HbA1c-nya tidak terkontrol, tentu mereka memerlukan modifikasi, baik pola makan maupun obat-obatannya.

BACA JUGA: 10 Makanan yang Direkomendasikan untuk Penderita Diabetes

Tetap Kontrol Asupan Makan Saat Sahur dan Buka

Puasa juga tidak dianjurkan bagi pasien diabetes yang memiliki potensi mengalami hal buruk jika melakukannya.

Yang harus diperhatikan pasien diabetes itu, ada risiko-risiko yang akan terjadi nanti apabila pasien berpuasa. Bisa gula darahnya malah jadi rendah sekali (hipoglikemi) atau malah melonjak (hiperglikemi postprandial).

Lonjakan kadar gula darah bisa terjadi jika asupan makan tidak dikontrol setelah buka puasa.

Jadi, tetap pasien diabetes itu harus mengatur jadwal makan dan pilih-pilih pola makannya. Misalnya sahur pakai karbohidrat kompleks (nasi, kentang, jagung) dan buka dengan karbohidrat sederhana (kurma 1 sampai 2 butir).

Camilan Setelah Tarawih

Setelah buka dengan kurma, pasien diabetes boleh makan cukup termasuk nasi, lauk pauk, dan sayuran. Jika masih ingin ngemil setelah tarawih, maka dapat memilih buah-buahan.

Saat setelah tarawih masih boleh diberikan camilan misalnya buah.

Hal yang tak kalah penting, pasien harus tetap rajin konsultasi dengan dokter terutama terkait perubahan jadwal oba yang biasa dikonsumsi.

Karena ada beberapa obat diabetes yang akan menyebabkan risiko hipoglikemi, gulanya jadi rendah sekali.

Modifikasi Dosis Insulin

Selain berkonsultasi soal perubahan jadwal minum obat, pasien juga perlu bertanya pada dokternya tentang modifikasi dosis insulin.

Yang pakai insulin, suntik, itu harus dimodifikasi dosisnya, misalnya pada saat sahur tidak diberi dosis setinggi saat buka. Dan pasiennya juga harus diberi edukasi bagaimana dia bisa memantau gula darah secara mandiri, terutama di waktu-waktu puncak terjadinya hipoglikemi.

Puncak terjadinya hipoglikemi misalnya terjadi pada tengah hari hingga mendekati ashar atau kurang lebih sekitar pukul 15.00. Misalnya tengah hari mendekati ashar nah itu sering sekali terjadi hipoglikemi, dia boleh pantau gula darahnya.

Lantas, kapan pasien diabetes perlu membatalkan puasanya?

Kalau gula darahnya di bawah 70 maka harus sebaiknya membatalkan puasanya. Dan olahraga atau aktivitas fisik jangan dilakukan mendekati waktu berbuka karena juga bisa menyebabkan risiko hipoglikemi tadi, olahraga sebaiknya dilakukan setelah iftar (berbuka).

Artikel dibuat berdasarkan program Healthy Monday kolaborasi EMC Healthcare dengan Liputan6, bersama narasumber dr. Angie Shabira Permata H, Sp.PD (Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS EMC Cikarang).