
Nyeri merupakan sensasi sensoris maupun emosi yang tidak menyenangkan yang dapat saja berkaitan atau menyerupai kondisi adanya ataupun potensi kerusakan jaringan yang terjadi di tubuh manusia. Nyeri akut terjadi dalam jangka waktu < 1 bulan, sedangkan nyeri kronik terjadi dalam waktu 3 bulan atau lebih.
Banyaknya obat yang diberikan untuk nyeri kronik secara jangka panjang memiliki efek negatif menurunnya angka kepatuhan minum obat, serta meningkatkan ambang nyeri sehingga obat tidak lagi efektif seperti sebelumnya, disinilah tDCS dapat menjadi pilihan solusi selanjutnya
Nyeri kronis adalah kondisi yang sangat mengganggu dan bisa mempengaruhi kualitas hidup seseorang secara drastis. Banyak orang merasa frustasi karena telah mencoba berbagai obat pereda nyeri, terapi fisik, hingga bahkan prosedur medis invasif, tetapi nyeri tetap datang kembali. Namun sekarang, ada pilihan baru yang lebih aman, nyaman, dan tidak menimbulkan rasa sakit: tDCS (Transcranial Direct Current Stimulation).
Apa itu tDCS?
tDCS adalah terapi yang menggunakan arus listrik lemah dan aman untuk merangsang bagian tertentu dari otak yang berperan dalam memproses rasa nyeri dengan memungkinkan adanya perubahan kimiawi otak yang berperan pada nyeri kronik. Caranya sangat sederhana: dua elektroda kecil ditempelkan di kulit kepala, sesuai dengan lokasi otak yang akan distimulasi, dan arus listrik ringan dialirkan selama sekitar 20–30 menit. Arus listrik ini dapat menembus hingga 1cm dari tengkorak yang memungkinkan terjadinya stimulasi di area otak yang dituju. Anda tidak akan merasakan sakit paling hanya sedikit geli atau hangat di bagian yang ditempeli elektroda.
Penting untuk dipahami bahwa tDCS bukan merupakan terapi utama yang berdiri sendiri, melainkan bagian dari pendekatan multimodal dalam menangani nyeri kronis. Terapi ini berfungsi untuk mengubah persepsi nyeri di otak, sehingga dapat membantu menurunkan intensitas nyeri yang dirasakan pasien. Namun, penyebab utama dari nyeri tetap harus ditangani secara spesifik dan menyeluruh.
Bagaimana tDCS Mengurangi Nyeri?
Penelitian menunjukkan bahwa otak memiliki kemampuan untuk “mengatur ulang” cara ia memproses sinyal nyeri. Pada pasien dengan nyeri kronis, terjadi perubahan struktur dan fungsional otak penderitanya, sehingga akan terjadi penyimpangan dinamika jaringan otak yang jika berkepanjangan dapat menurunkan mood, meningkatkan angka depresi, gangguan interaksi sosial hingga menurunkan kualitas hidup dari penderitanya
Stimulasi biasanya diberikan pada korteks motorik (bagian otak yang mengatur gerakan dan rasa), atau pada korteks prefrontal (bagian otak yang mengatur emosi dan persepsi terhadap nyeri). Efeknya bukan hanya mengurangi rasa sakit, tetapi juga memperbaiki suasana hati dan membantu pasien tidur lebih nyenyak, dua hal yang sering terganggu akibat nyeri kronis.
Siapa yang Cocok Menjalani tDCS?
tDCS sangat cocok untuk Anda yang mengalami:
- Nyeri akibat stroke (misalnya kesemutan, panas, atau rasa seperti terbakar di tubuh bagian tertentu).
- Nyeri saraf seperti akibat diabetes (neuropati diabetik).
- Nyeri otot dan sendi yang menetap (punggung, leher, atau bahu).
- Migrain berulang.
- Fibromyalgia, yaitu nyeri di seluruh tubuh yang sering disertai lelah dan gangguan tidur.
Kelebihan tDCS
- Dapat menurunkan kebutuhan akan obat penghilang nyeri.
- Tidak menimbulkan rasa sakit.
- Waktu terapi singkat (20-30 menit).
- Bisa dilakukan sambil duduk santai.
- Efek samping sangat minimal.
Beberapa rumah sakit dan pusat rehabilitasi di Indonesia, seperti RS EMC, telah menyediakan layanan tDCS sebagai bagian dari program pengobatan nyeri. Pasien biasanya dianjurkan menjalani tDCS beberapa kali dalam seminggu selama beberapa minggu, tergantung dari kondisi dan respons tubuh terhadap terapi.
BACA JUGA: Alami Nyeri pada Sendi? Kenali Rematik dan Penanganannya
tDCS adalah metode pengobatan yang sangat potensial untuk pasien dengan nyeri kronis. terapi ini membuka harapan baru bagi banyak orang yang ingin kembali menjalani hidup tanpa nyeri. Bila Anda atau orang terdekat sedang berjuang menghadapi nyeri berkepanjangan, tidak ada salahnya berkonsultasi dengan dokter spesialis saraf mengenai tDCS.
Hidup bebas nyeri bukan lagi sekadar harapan—dengan tDCS, itu bisa menjadi kenyataan.
Artikel ditulis oleh dr. Rineke Twistixa Arandita, Sp.N (Dokter Spesialis Neurologi / Saraf RS EMC Pulomas).