Pentingnya Mengetahui Deteksi dan Gejala Kanker Usus Besar yang dapat Menyebabkan Kematian

Kanker usus besar (colorectal cancer) adalah kanker yang timbul pada saluran cerna bagian bawah, yaitu bagian usus besar dan rektum (bagian terakhir dari usus sebelum anus). Berdasarkan data dari American Cancer Society, kanker usus besar adalah kanker ketiga terbanyak dan merupakan jenis kanker penyebab kematian kedua terbanyak pada pria dan wanita di Amerika Serikat. Di Indonesia kanker usus besar juga menempati posisi ketiga terbanyak. Secara keseluruhan risiko untuk mendapatkan kanker kolorektal adalah 1 dari 20 orang. Oleh sebab itu, perlu diketahui faktor resiko, gejala dan deteksi dini kanker usus besar, agar dapat ditangani secara cepat dan tepat.

Faktor resiko kanker usus besar berhubungan dengan genetik dan faktor lingkungan sekitar (gaya hidup dan diet). Orang dengan diet rendah serat dan tinggi lemak cenderung mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker usus besar, begitu juga dengan alkohol dan rokok. Kurangnya aktifitas fisik, obesitas, dan diabetes juga dihubungkan dengan peningkatan resiko terjadinya kanker usus besar. Sedangkan diet sehat yang seimbang, tinggi calcium dan vitamin dapat menurunkan resiko terjadinya kanker usus besar. Orang yang mempunyai riwayat kanker usus besar pada keluarganya, atau menderita penyakit radang usus, sebaiknya melakukan medical check up lebih dini, untuk mendeteksi ada tidaknya kanker pada saluran cerna.

Gejala kanker usus besar secara umum adalah terasa nyeri atau kram pada perut, buang air besar berdarah, perubahan kebiasaan buang air besar (change of bowel habit), merasa cepat lelah pada saat beraktifitas, dan adanya penurunan berat badan yang esktrim. Bila kanker sudah cukup besar, bisa teraba adanya benjolan pada perut.

Sangat penting untuk mendeteksi adanya kanker usus besar sedini mungkin. Karena kanker usus besar yang dapat didiagnosa dan ditangani pada stadium dini mempunyai angka kesembuhan yang tinggi. Beberapa modalitas dapat dipakai untuk mendeteksi dini kanker usus besar, seperti pemeriksaan darah samar pada kotoran, colonoskopi, dan CT-scan perut. Pemeriksaan dapat dimulai pada umur 45 tahun, dan diulang setiap 10 tahun sekali. Pemeriksaan colonoskopi pada pasien dengan riwayat kanker usus besar pada keluarga harus dimulai lebih dini, dan dengan interval pengulangan yang lebih pendek.

Penanganan kanker usus besar ditentukan berdasarkan stadiumnya. Pada umumnya kanker usus besar ditangani dengan salah satu atau kombinasi dari tindakan pembedahan dan kemoterapi/radioterapi. Pembedahan dilakukan untuk mengangkat bagian usus besar yang terkena kanker,  dilanjutkan dengan kemoterapi dan/atau radioterapi untuk menurunkan angka kekambuhan. Selain itu dukungan keluarga dan terapi psikosomatik juga diperlukan dalam penanganan pasien dengan kanker usus besar.

Pasien dengan gejala kanker usus besar harus ditangani secara menyeluruh, baik fisik maupun psikis. Awalnya akan ada wawancara dan pemeriksaan fisik oleh dokter yang menangani, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan lab dan pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan lab seperti pemeriksaan darah rutin dan tumor marker, pemeriksaan radiologi seperti CT-Scan atau MRI, termasuk juga pemeriksaan colonoskopi untuk membantu diagnosa.

Artikel ditulis oleh dr. Felmond Limanu, Sp.B.SubBDig (Spesialis Bedah - Subspesialis Bedah Digestif RS EMC Cikarang & Pekayon).