Kenali Penyakit Diabetes dan Penanganan Luka Diabetik

Diabetes Melitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang disebabkan oleh berkurangnya kadar insulin atau sensitivitas insulin yang berkurang sehingga mengganggu fungsi dari insulin.  Luka atau kaki diabetik adalah penyulit yang paling sering ditemukan pada pasien dengan Diabetes Melitus yang tidak terkontrol. Luka pada pasien Diabetes Melitus dapat terjadi akibat pembentukan plak-plak thrombus di pembuluh darah arteri atau bisa disebut aterosklerosis. Luka pada diabetes sering terjadi di ekskremitas bawah. Aterosklerosis yang terjadi pada kaki diabetik juga menyebabkan gangguan pembuluh darah sehingga meningkatkan risiko terjadinya infeksi dan menyebabkan luka di kaki sulit sembuh sehingga menjadi nekrosis dan gangrene (jaringan tubuh mati dan menghitam) akibat kurangnya aliran darah.

Gambar 1. Arteri Normal dan Penyempitan Arteri

Gangguan pembuluh darah arteri pada pasien diabetes melitus tidak langsung menimbulkan luka, tetapi melalui beberapa proses dan beberapa gejala yang mungkin tidak dirasa atau dibiarkan saja. Gejala yang dapat dirasakan sebelum timbulnya luka adalah rasa nyeri atau pegal pada kaki waktu beraktivitas, rasa terbakar atau kram pada kaki, rasa kesemutan pada kaki, kaki menjadi pucat dan dingin. Luka diabetik biasanya diawali dengan luka yang tidak disadari, yang semakin meluas dikarenakan terganggunya penyembuhan luka pada pasien diabetes.

Kaki diabetik memiliki derajat keparahan yang dibagi menjadi 5 tingkatan. Derajat 0 yaitu pada pasien yang memiliki riwayat infeksi atau ulkus (luka menggaung pada kulit yang dalamnya dapat sampai otot atau tulang), pasien dengan klasifikasi ini diterapi dengan edukasi pasien dan therapeutic footwear. Derajat 1 dan 2 yaitu pasien dengan ulkus superfisial di kaki, yang dapat diterapi dengan debridemen lokal dan antibiotik. Debridemen adalah pembersihan dan pengangkatan jaringan-jaringan mati pada luka diabetik. Derajat 3, terdapat infeksi dengan abses jaringan lunak serta osteomyelitis (infeksi pada tulang), pasien dengan derajat ini membutuhkan tindakan debridemen dan terapi untuk osteomyelitis. Pada derajat ke 4 dan 5, terdapat kerusakan jaringan yang ireversibel sehingga pasien membutuhkan amputasi parsial maupun seluruh kaki. 

Gambar 2. Derajat Keparahan Kaki Diabetik

Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada kaki diabetik salah satunya adalah ABI (Ankle Brachial Index). ABI adalah pemeriksaan untuk mengetahui adakah gangguan pada pembuluh darah arteri atau tidak dengan cara mengukur tekanan darah di tangan dan dikaki. Pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan adalah CT Angiografi. CT Angiografi adalah pemeriksaan pencitraan yang dapat menampilkan  gambaran pembuluh darah, dari pemeriksaan ini dapat menentukan lesi atau pembuluh darah mana yang mengalami penyempitan.

Penatalaksanaan kaki diabetik harus dilakukan secara komprehensif dimulai dari kontrol faktor risiko, revaskularisasi, perawatan luka, dan sebisa mungkin hindari amputasi. Kontrol faktor risiko meliputi kontrol gula darah dan tekanan darah, tidak merokok. Revaskularisasi adalah tindakan untuk mengembalikan aliran darah. Revaskularisasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu tindakan endovascular/PTA (Percutaneous Transluminal  Angioplasty) dan tindakan operasi yaitu by pass. Percutaneous Transluminal Angioplasty merupakan prosedur untuk membuka pembuluh darah yang terobstruksi atau yang mengalami penyempitan dengan menggunakan balloon atau stent. Balloon dikembangkan di dalam pembuluh darah yang dapat melebarkan pembuluh darah sehingga memperlancar aliran darah dan jaringan mendapatkan suplai oksigen. Perbaikan vaskularisasi yang terjadi karena angioplasty membuat penyembuhan luka menjadi baik sehingga terjadi perbaikan jaringan pada kaki. By Pass adalah tindakan operasi revaskularisasi dengan membuat rute aliran darah yang baru menggunakan pembuluh darah vena atau pembuluh darah sintetik. Dilakukannya revaskularisasi diharapkan luka diabetik mengalami perbaikan, meredakan proses infeksi dan menurunkan level amputasi. Jika luka diabetik yang tidak dilakukan tindakan revaskularisasi dapat memperburuk proses infeksi, penyembuhan luka semakin lambat dan meningkatkan risiko amputasi. 

Gambar 4. Angioplasty

Gambar 5. By Pass

Jadi, dengan penanganan yang tepat, dan dengan berbagai disiplin ilmu yang terlibat, luka akibat diabetes dapat ditolong untuk mempercepat penyembuhan. 

Artikel ditulis oleh dr. Marolop Pardede, Sp. BTKV (K), MH yang merupakan dokter spesialis bedah toraks kardiovaskular RS EMC Cikarang & RS EMC Pekayon.