Atasi Usus Buntu dengan One Hole Laparoscopy Appendix (Pembedahan Satu Lubang)

Usus buntu merupakan suatu kondisi peradangan yang terjadi pada apendiks atau usus buntu. Gejala yang ditunjukkan oleh penyakit ini yaitu nyeri pada perut bagian kanan bawah. Usus buntu pada umumnya ditangani dengan cara melakukan operasi pengangkatan usus buntu. Karena adanya kemajuan teknologi, saat ini teknologi dalam operasi pengangkatan usus buntu sudah semakin canggih.

Bedah minimal invasif pada usus buntu

Kemajuan teknologi pembedahan dengan minimal invasif (pembedahan) semakin pesat. Salah satunya terobosan operasi usus buntu melalui pembedahan satu lubang saja atau disebut Single Incision Laparoscopic Surgery (SILS). “SILS memberikan terobosan dengan menyempurnakan tingkat pembedahan minimal invasif pada kasus apendisitis,” kata spesialis laparoskopi RS EMC, dr Tony Sukentro, SpB.

SILS, menurutnya, sebuah penyempurnaan tingkat operasi laparoscopy yang tadinya dengan tiga lubang masuk menjadi satu lubang saja. Awalnya, seorang pasien harus dibedah di bagian umbilikus (pusar) dan dua alat lagi harus dimasukkan di luar umbilikus. Namun, dengan SILS, semua berpusat di area pusar saja. Cara bedah satu lubang ini sebetulnya sudah lama diterapkan di Singapura, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Khusus di Indonesia, dr Tony mengklaim, RS EMC menjadi salah satu penganutnya.

Manfaat bedah minimal invasif pada usus buntu

Dokter bedah lulusan FKUI ini memaparkan minimal invasif tercapai, jika dokter bisa seminimal mungkin membuat luka. Keuntungan lain dari cara bedah ini karena rasa nyerinya banyak berkurang, masa pemulihannya pun lebih cepat. “Yang tidak kalah penting kosmetiknya atau tampilan pada kulit terlihat sempurna karena tidak akan ada lagi bekas titik di luar umbilikus, terutama bagi para wanita tentu sangat berpengaruh,” kata dr. Tony.

Keuntungan SILS juga sangat dirasakan pasien yang berbakat keloid. Operasi ini menjadi bahan pertimbangan untuk menjadi pilihan utama.

Salah seorang pasien, Yani Setiawan (29 tahun), memilih SILS untuk mengangkat usus buntunya (apendiktomi). Ia mengakui, bekas lukanya hanya nampak seperti bekas garis luka sepanjang 0,5 cm.

Tony kembali menjelaskan, sebenarnya teknologi ini sudah sempat dipopulerkan, namun mengalami kemunduran karena tingkat kesulitan yang tinggi dan penambahan alat operasi yang cukup mahal. Harga alatnya sekitar 800 dolar AS atau kini sekitar Rp 9,6 juta.

Karena itu, lanjutnya, dibuatlah terobosan dengan menggunakan alat khusus, sehingga tidak memerlukan tambahan biaya di RS EMC Pulomas (d.h OMNI Pulomas). Sehingga operasi bisa dilakukan dengan biaya dan waktu operasi yang sama seperti operasi laparoscopy dengan tiga lubang.

“Kalau bisa dilakukan operasi dengan satu lubang dengan benefit seperti tadi kenapa harus dilakukan dengan tiga lubang sayatan untuk operasi apendiks?” katanya.

Penyakit usus buntu dapat dicegah dengan cara menerapkan pola hidup yang sehat karena penyakit ini bukan merupakan penyakit genetik. Apabila anda mendapati gejala dari usus buntu pada diri anda, sebaiknya segera periksakan ke dokter di Rumah Sakit.

Artikel ini ditulis oleh dr. Tony Sukentro, Sp. B (Dokter Spesialis Bedah Umum di RS EMC Pulomas).