Stres dan Gula Darah, Apakah Keduanya Saling Berhubungan?

Pernahkah kamu mengalami pekerjaan yang bertumpuk dan tidak ada habisnya? Jika iya, maka kamu harus mewaspadai risiko stres yang berlebihan, karena perasaan stres dapat menyebabkan berbagai gangguan berbahaya lainnya untuk terjadi. Salah satunya adalah kenaikan gula darah. Penyakit ini dapat menyebabkan kadar gula darah yang berlebih pada tubuh karena terdapat masalah pada pankreas.

Maka dari itu, penting untuk mengetahui alasan lainnya apabila stres dapat memicu terjadinya gula darah naik. Hal ini dikarenakan kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan penyakit jangka panjang dan semua orang tidak ingin mengalaminya. Lantas, apakah stres dan gula darah saling berhubungan?

Hubungan Stres dan Gula Darah

Hubungan antara stres dan kadar gula darah memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan, terutama bagi individu yang memiliki risiko diabetes atau sudah menderita kondisi tersebut. Berikut adalah hubungan stres dan gula darah:

  1. Respons Tubuh Terhadap Stres
    Saat seseorang mengalami stres, tubuhnya melepaskan hormon-hormon stres seperti kortisol dan epinefrin (adrenalin) sebagai respons terhadap situasi tersebut. Hormon-hormon ini memicu mekanisme tubuh untuk meningkatkan pasokan energi dengan meningkatkan kadar gula darah. Mereka merangsang pelepasan glukosa dari hati dan mempercepat pemecahan glikogen menjadi glukosa. Ini dikenal sebagai respons "fight or flight", dimana tubuh bersiap untuk menghadapi ancaman gangguan fungsi tertentu dalam tubuh.

  2. Peningkatan Kadar Gula Darah
    Peningkatan kadar gula darah yang disebabkan oleh respons stres dapat menjadi masalah, terutama bagi individu yang menderita diabetes atau memiliki risiko diabetes. Pada orang dengan diabetes, respons tubuh terhadap stres dapat menyebabkan kesulitan dalam mengontrol kadar gula darah. Kadar gula darah yang tinggi dalam jangka panjang juga dapat menyebabkan komplikasi, seperti kerusakan pada organ tubuh.

  3. Gaya Hidup dan Kebiasaan Makan
    Kondisi stres juga dapat memengaruhi gaya hidup dan kebiasaan makan seseorang. Orang cenderung merespons stres dengan makan secara banyak dan tak terkendali atau memilih makanan yang kurang sehat, yang pada tingkat tertentu dapat mempengaruhi kadar gula darah. Konsumsi makanan tinggi gula atau karbohidrat dapat menyebabkan lonjakan gula darah dengan cepat, dan kemudian dapat diikuti oleh penurunan yang tajam. Hal ini berisiko memperburuk kondisi stres dan menyebabkan siklus makan tidak sehat yang berkelanjutan.

  4. Dampak Kadar Gula Darah pada Mood dan Stres
    Kadar gula darah yang tidak stabil dapat mempengaruhi mood dan tingkat stres seseorang. Kenaikan dan penurunan gula darah dapat menyebabkan perubahan mood yang drastis, seperti kelelahan, iritabilitas, atau kegelisahan. Ini dapat menciptakan lingkaran berputar dimana tingkat stres yang tinggi mempengaruhi kadar gula darah, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi tingkat stres lebih lanjut.

  5. Manajemen Stres dan Pengendalian Kadar Gula Darah
    Untuk mengelola hubungan antara stres dan kadar gula darah, penting untuk mengadopsi strategi manajemen stres yang sehat dan gaya hidup yang seimbang. Ini termasuk olahraga teratur, teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga, tidur yang cukup, dan pola makan sehat. Orang dengan diabetes harus secara ketat memantau kadar gula darah mereka dan berkonsultasi dengan profesional kesehatan tentang cara mengelola stres dengan aman.

Baca juga: Kelola Stres dengan Tepat agar Terhindar dari Penyakit!

Dengan memahami hubungan yang kompleks antara stres dan kadar gula darah, kita menjadi lebih sadar akan pentingnya menjaga keseimbangan mental dan fisik dalam kehidupan sehari-hari. Stres merupakan bagian alami dari kehidupan, tetapi dapat menjadi berbahaya jika tidak dikelola dengan baik, terutama ketika berkaitan dengan kesehatan gula darah. Jika Anda ingin melakukan konsultasi, pemeriksaan teratur, tengah mengalami masalah diabetes atau penyakit lainnya, kami siap untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik untuk Anda.

Artikel ditulis oleh dr. Roi P. Sibarani,SpPD-KEMD,FES (Dokter Spesialis Penyakit Dalam – Konsultan Endokrin, Metabolik & Diabetes RS EMC Sentul).