
Di tengah rutinitas yang padat, banyak orang usia produktif, usia 25 hingga 45 tahun tanpa sadar sedang menumpuk risiko penyakit jantung. Duduk terlalu lama di depan komputer, jarang olahraga, pola makan serba cepat, serta stres kerja yang tinggi membuat jantung bekerja ekstra setiap hari.
Padahal, menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kelompok Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (kardiovaskular) yang mencakup serangan jantung dan stroke yang merupakan penyebab kematian nomor satu secara global. Tren ini juga terlihat di Indonesia, di mana kedua penyakit ini menjadi beban kesehatan utama, termasuk bagi usia produktif.
Mengapa Usia Produktif Rentan?
Faktor utamanya adalah gaya hidup modern. Kebiasaan seperti:
- Konsumsi tinggi lemak jenuh, gula, dan garam,
- Kurang aktivitas fisik,
- Kurang tidur,
- Merokok (faktor risiko utama),
- Stres berkepanjangan tanpa manajemen yang baik,
Semua berkontribusi pada peningkatan tekanan darah, kadar kolesterol tidak sehat, dan penumpukan plak di pembuluh darah (aterosklerosis). Penyakit jantung bisa berkembang diam-diam tanpa gejala berarti, karena itu pemeriksaan rutin sangat penting.
Tanda-Tanda Awal yang Sering Diabaikan
Beberapa gejala yang sebaiknya tidak dianggap sepele:
Gejala Klasik:
- Nyeri, tekanan, atau rasa tidak nyaman di dada (seperti ditindih),
- Sesak napas, terutama saat beraktivitas,
- Nyeri yang menjalar ke bahu, lengan, leher, atau rahang.
Gejala Lainnya yang Sering Tidak Disadari:
- Mudah lelah yang tidak wajar dan berlebihan,
- Jantung berdebar-debar (palpitasi) tanpa alasan yang jelas,
- Kaki bengkak,
- Pusing tiba-tiba atau berkunang-kunang,
- Pada wanita, gejala bisa lebih samar, seperti mual, mulas, atau keringat dingin.
Jika gejala ini muncul, segera lakukan pemeriksaan ke dokter untuk evaluasi lebih lanjut.
5 Langkah Sederhana Menjaga Jantung di Tengah Kesibukan
1. Prioritaskan Aktivitas Fisik
Usahakan setidaknya 150 menit aktivitas aerobik intensitas sedang (seperti jalan cepat) per minggu. Tak harus selalu menyempatkan diri ke gym. Aktivitas sehari-hari seperti naik tangga, berjalan kaki 30 menit, atau bersepeda santai juga efektif menjaga kesehatan jantung.
2. Terapkan Pola Makan Seimbang
Kurangi makanan cepat saji, gorengan, dan makanan olahan. Perbanyak konsumsi buah, sayur, biji-bijian utuh, dan sumber protein sehat seperti ikan, ayam tanpa kulit, serta kacang-kacangan.
3. Kelola Stres dengan Cara Sehat
Stres kronis dapat membebani jantung. Temukan teknik relaksasi yang cocok untuk Anda, seperti latihan pernapasan, meditasi, mendengarkan musik, atau meluangkan waktu untuk hobi.
4. Cukupi Waktu Tidur
Kurang tidur dapat mengganggu metabolisme dan meningkatkan tekanan darah. Targetkan tidur 7-9 jam per malam dengan kualitas yang baik untuk memberi kesempatan pada jantung dan pembuluh darah untuk memulihkan diri.
5. Lakukan Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Jangan tunggu sampai ada gejala. Pemeriksaan rutin tekanan darah, gula darah puasa, dan profil kolesterol (kolesterol total, LDL, HDL, trigliserida) adalah kunci untuk mendeteksi faktor risiko sejak dini. Berdasarkan hasilnya, dokter dapat menyarankan pemeriksaan lanjutan seperti EKG atau treadmill test jika diperlukan.
Fakta Kunci: Kapan Harus Melakukan Pemeriksaan Jantung?
- Usia 20-an: Mulai periksa tekanan darah dan kolesterol setidaknya sekali.
- Usia 30-an: Jika memiliki faktor risiko (riwayat keluarga, merokok, hipertensi), lakukan pemeriksaan berkala setiap 1-2 tahun.
- Usia 40-an ke atas: Pemeriksaan jantung lebih menyeluruh sangat dianjurkan, terutama jika memiliki lebih dari satu faktor risiko.
Menjaga kesehatan jantung bukan hanya untuk mereka yang sudah berusia lanjut. Justru, di usia produktif inilah langkah pencegahan paling efektif untuk dimulai dengan gaya hidup seimbang dan pemantauan kesehatan yang rutin, Anda bisa tetap produktif tanpa mengorbankan kesehatan jantung dalam jangka panjang.
Mulailah Hari Ini! Langkah kecil seperti berjalan kaki 10 menit lebih banyak atau mengganti camilan dengan buah bisa menjadi awal yang baik untuk investasi kesehatan jantung Anda di masa depan.
Artikel ditulis oleh dr. Kadek Satrya K. Suratna, Sp.JP, FIHA (Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah RS EMC Pekayon & Cibitung).