Tantangan Operasi Sebagai Tindakan Kuratif Penanganan Kanker Hati

Ketika terdiagnosa mengidap kanker hati, banyak orang mungkin akan bersikap pesimis terhadap kesembuhan dirinya. Kanker hati seakan telah menjadi vonis yang menghantui dan meruntuhkan semangat pasien. Padahal, dengan tindakan kuratif yang tepat kanker hati dapat disembuhkan dan dipulihkan, seperti contoh kasus pada pasien yang satu ini.

Seorang pasien kanker hati datang dengan kondisi tumor yang cukup besar. Ukuran hati di lobus kiri sangat kecil, sedangkan lobus kanan yang besar tengah ditumbuhi oleh kanker. Menurut keluarga, beberapa rumah sakit mengatakan sudah tidak ada harapan sembuh bagi pasien. Ia hanya disarankan untuk menjalani terapi paliatif karena kondisinya dinilai sudah tidak mungkin menjalani operasi.

Setelah analisa secara detail, kami menilai bahwa operasi tetap bisa dilakukan hingga mengangkat bersih tumor di hatinya. Tantangannya ada pada penentuan batas tumor dan jalur potongan yang harus ditentukan dengan sangat presisi agar lebih banyak jaringan hati yang sehat dapat dipertahankan.

Operasi yang berlangsung selama beberapa jam tersebut sukses dilakukan. Pasien lansia ini menjalani 6 hari masa pemulihan tanpa mengalami komplikasi apapun. Bagi para pejuang kanker hati atau keluarga, cerita di atas dapat membawa harapan bahwa pulih dari kanker bukan hal mustahil.

Bagaimana penanganan operasi pada pasien kanker hati?

Pengobatan kanker hati bisa dilakukan dalam dua cara yakni yang bersifat kuratif dan paliatif. Perawatan paliatif dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, baik sebagai pendamping penanganan kuratif atau sepenuhnya paliatif ketika pasien dinyatakan sudah tidak bisa disembuhkan. Sedangkan pada tindakan paliatif, pengobatan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

  1. Operasi atau reseksi tumor
    Tindakan operasi kanker hati menjadi pilihan utama untuk dilakukan selama kondisi umum pasien dan kondisi tumornya memungkinakan untuk menjalani operasi.
  2. Transplantasi
    Tindakan ini dapat jadi pilihan selanjutnya ketika operasi ataupun cara lain dinilai tidak efektif untuk menyembuhkan kondisi si pasien. Biasanya transplantasi atau cangkok hati dilakukan jika kondisi fungsi hati pasien tidak baik ataupun disertai sirosis hati kriteria sedang-berat. Cangkok hati juga baru bisa dilakukan jika pasien memenuhi kriteria transplantasi hati berdasarkan pedoman Milan criteria, UCSF criteria, ataupun Hangzhou criteria

Apa yang perlu dipertimbangkan terkait tindakan operasi pada pasien kanker hati?

Kanker hati adalah tumor atau benjolan pada organ hati yang bersifat ganas. Sedangkan reseksi hati adalah operasi pengangkatan tumor tersebut dari organ hati.

Operasi ini menjadi pilihan utama pengobatan yang bersifat kuratif bagi pasien kanker hati. Pada pasien kanker hati stadium awal, operasi pengangkatan tumor memberi peluang terbaik bagi pasien untuk sembuh. Setelah tumor diangkat, hati secara alami memiliki kemampuan regenerasi (tumbuh kembali) dari bagian hati sehat yang tersisa. Namun operasi ini hanya bisa dilakukan jika pasien masih memiliki bagian hati sehat yang dianggap cukup untuk hidup. Secara teori, pasien harus memiliki minimal 30% sisa hati yang normal. Khusus pada pasien kanker hati dengan fatty liver atau sirosis, maka minimal harus tersisa 40% atau lebih.

Beberapa pasien kanker hati bisa jadi tidak memenuhi syarat untuk melakukan operasi ini. Salah satu penyebabnya adalah karena kanker telah menyebar ke organ lain atau sisa hati yang sehat dinilai tidak cukup. Pasien-pasien yang tidak memenuhi kriteria untuk reseksi hati akan dievaluasi oleh tim dokter dari berbagai multidisiplin untuk menentukan terapi lain yang sesuai. Namun seiring berkembangnya teknologi dan pengetahuan, kriteria pasien yang memenuhi syarat operasi bisa diperluas tergantung dari strategi tim dokter yang menanganinya. Misalnya, pada pasien yang memiliki tumor hati berukuran besar, perhitungan volume hati menjadi tantangan tersendiri. Analisa yang detail dari tim dokter, akurasi, serta persiapan pasien dan alat penunjang sangat menentukan keberhasilan operasi.

Dokter harus menghitung besar tumor, batas sayatan, dan volume hati yang bisa tersisa dengan lebih presisi. Perhitungan volume sisa hati yang sehat dan ukuran tumor dilihat secara radiologis melalui CT Scan atau MRI dengan angiografi. Kami juga membutuhkan USG intraoperatif untuk menentukan batas reseksi dan jalur potongan dengan pasti. Dengan keakuratan dalam menentukan batas dan jalur potongan, jaringan liver sehat yang dapat dipertahankan bisa lebih banyak.

Apa saja yang menjadi tantangan penanganan kanker hati di Indonesia?

Indonesia sudah memiliki kemampuan dan teknologi modern untuk penanganan operasi untuk kanker hati. Operasi di masa sekarang sudah ditunjang oleh alat-alat berteknologi tinggi seperti CUSA (cavitron ultrasonic surgical aspirator) untuk memotong jaringan hati tanpa merusak pembuluh darah dan jaringan sehat disekitarnya. Dengan alat ini, operasi pemotongan tumor bisa berjalan dengan sedikit pendarahan (minimal bleeding) karena tidak merusak pembuluh darah.

Pada beberapa kasus, operasi juga bisa dikerjakan dengan teknik laparoskopi atau bedah dengan teknik minimal invasif. Jadi dalam hal kemampuan, baik dalam operasi maupun terapi paliatif, bisa dikatakan Indonesia sudah sebanding dengan negara maju. Tidak jarang pula kasus-kasus pasien yang kembali ke Indonesia setelah tidak berhasil ditangani di negara lain justru berhasil kita tangani dengan hasil baik.

Sayangnya, banyak pasien datang dengan kondisi kanker stadium lanjut sehingga sudah sulit disembuhkan. Padahal idealnya penyakit kanker didiagnosa dan ditangani secara cepat dengan terapi yang tepat. Pada kasus yang sering saya dapati, pasien kurang sadar terhadap kondisi kesehatannya. Tidak sedikit yang menganggap remeh keluhan-keluhan ringan seperti kembung atau sakit perut ringan yang sering hilang timbul.

Secara statistik, 30% pasien kanker hati yang datang masih memenuhi kriteria untuk dilakukan operasi. Sisanya adalah pasien stadium lanjut dan sudah tidak dapat menjalani operasi sehingga sepenuhnya mendapat pengobatan paliatif. Tantangan lainnya dalam penanganan kanker hati di Indonesia yakni masih jarangnya tenaga ahli di bidang bedah hati.

Itulah sekelumit tentang tantangan operasi sebagai tindakan kuratif penanganan kanker hati, mengetahui serba-serbi tentang hal ini dapat membantu Anda dan orang-orang yang Anda cintai untuk mendapatkan penanganan yang tepat demi kesembuhan yang optimal seandainya terdiagnosa mengidap kanker hati. Jangan lupa konsultasikan permasalahan hati Anda pada dokter yang terpercaya.

Artikel Ini ditulis oleh dr. Tjhang Supardjo, M. Surg, FCCS, Sp.B, FCSI, FInaCS, FICS yang merupakan Spesialis Bedah (Penyakit Hati, Empedu, Limpa dan Pankreas) di OMNI Hospital Alam Sutera.

Keahlian Dr. Tjhang Supardjo, M. Surg, FCCS, Sp.B, FCSI, FInaCS, FICS

  • Menangani penyakit & kanker hati
  • Menangani penyakit & kanker pankreas
  • Menangani penyakit, batu & kanker empedu
  • Menangani penyakit limpa
  • Operasi laparoscopy (teknik minimal invasif)
  • TACE/ TACI/ PTCD/ RFA/ Liver Dialisys
  • Transplantasi hati

Pendidikan Dr. Tjhang Supardjo, M. Surg, FCCS, Sp.B, FCSI, FInaCS, FICS

  • Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta
  • Spesialis Bedah umum, Zhejiang University, Hangzhou, China
  • Subspesialisasi Hepatobiliary-Pancreatic Surgery & Liver Transplantation, Zheijiang University, Hangzhou, China
  • Adaptasi Bedah Umum, UNPAD-RSHS Bandung
  • Hepatology Institude, Eastern Hepatobiliary Hospital (EHBH) Shanghai, China
  • Hepatobiliary Interventional Center (TACE, TACI, PTCD, RFA), Zhejiang University, Hangzhou, China
  • Artificial Liver Supporting System (Liver Dialisys) Center, Zhejiang University, Hangzhou, China
  • Living Donor Liver Transplantation, ASAN Medical Center, Seoul, Korea
  • Pancreatic Cancer & Surgery, Kyoto University, Jepang

Info lebih lanjut hubungi Andy : +62 811-1225-277