
Hampir setiap orang pernah mengalami stres. Tugas menumpuk, deadline pekerjaan, masalah rumah tangga, atau kondisi tak terduga bisa membuat kita merasa tertekan. Stres sendiri sering dianggap sebagai sesuatu yang buruk. Padahal, kenyataannya tidak sesederhana itu. Bagai pedang bermata dua, ada kalanya stres bisa membantu kita untuk berkembang, dan ada juga kalanya stres kerap membuat kita kewalahan.
Apa Itu Stres dan Distres?
Ketika kita menghadapi stres pada kadar yang cukup, stres disebut juga sebagai eustres, yaitu stres positif. Dalam kondisi ini, kita justru bisa lebih fokus, emosi terasa lebih seimbang, dan pikiran lebih rasional. Inilah titik di mana stres memberi energi seseorang untuk berkarya dan beradaptasi.
Perlu dipahami saat kita terlalu sedikit mendapat tekanan atau stres, kita cenderung merasa bosan, bingung, bahkan tidak bersemangat. Sebaliknya, ketika stres yang dialami berlebihan dan berlangsung terus-menerus, kita dapat mengalami kelelahan fisik dan mental hingga hilang kendali atas emosi.
Selain itu, efisiensi dan performa juga turut mengalami penurunan. Dalam keadaan itu, stres yang dibiarkan terlalu lama tanpa penanganan justru mengganggu kemampuan berpikir, aktivitas harian, dan akhirnya stres bergeser menjadi distres, yaitu suatu kondisi yang lebih serius dan berisiko mengganggu kesehatan fisik maupun mental.
Apa Bedanya Stress dan Distress?
1. Stres normal
- Bersifat sementara, muncul karena situasi tertentu
- Bisa hilang setelah masalah selesai atau setelah istirahat
- Terjadi pada situasi yang masih bisa kita kelola
- Tidak terlalu mengganggu aktivitas harian
- Dalam beberapa situasi, justru dapat menjadi bagian penting dari proses perkembangan diri
2. Distress (stres berlebihan)
- Bersifat kronis, terjadi berkepanjangan, bisa karena faktor yang diketahui maupun tanpa penyebab yang pasti
- Sering terjadi dalam situasi yang melebihi kemampuan kita untuk mengelolanya
- Mengganggu fungsi dan kualitas hidup sehari-hari
- Bisa memengaruhi tidur, nafsu makan, konsentrasi, bahkan relasi dengan orang lain
- Jika tidak ditangani, dapat meningkatkan risiko gangguan kecemasan, depresi, hingga pikiran untuk membahayakan diri sendiri maupun orang lain
Tanda-Tanda Distres yang Perlu Diwaspadai
Beberapa sinyal yang menunjukkan stres sudah berubah menjadi distres antara lain:
- Rasa lelah secara fisik maupun mental berkepanjangan
- Sering muncul rasa sedih, mudah menangis, atau merasa “kosong”
- Mudah marah, gelisah, atau merasa cemas berlebih
- Rasa kesepian, tidak bahagia, atau kehilangan makna hidup
- Sulit tidur atau tidur berlebihan
- Perubahan pola makan drastis (makan terlalu sedikit atau berlebihan)
- Sulit fokus dan menurunnya produktivitas harian
- Menarik diri dari keluarga atau teman
- Muncul pikiran negatif berulang, termasuk keinginan menyakiti diri sendiri maupun orang lain
Tanda-tanda ini bisa berbeda pada tiap orang. Memang tidak mudah untuk dikenali di awal, apalagi kalau baru pertama kali. Namun, ketika tanda tersebut muncul, artinya tubuh dan pikiran Anda sedang mengirim sinyal untuk segera mencari pertolongan.
Kapan Harus ke Profesional?
Distres bukan sekadar “kelelahan mental” biasa. Terlebih saat mulai terasa tak terkendali dan mulai menimbulkan berbagai dampak dalam aspek kehidupan, kondisi ini bisa berkembang menjadi gangguan mental yang membutuhkan intervensi medis dari tenaga profesional. Konsultasi dengan dokter spesialis kedokteran jiwa (psikiater) bisa menjadi langkah tepat untuk mendapatkan evaluasi, dukungan, dan terapi yang sesuai.
Dengan konsultasi sejak tanda awal, kita bisa belajar mengelola stres kronis dan mencegah kita terus-menerus berada dalam kondisi distres. Sebuah langkah penting menuju perasaan yang lebih baik.
Artikel ditulis oleh dr. Eduardo Renaldo, Sp.KJ (Spesialis Kedokteran Jiwa RS EMC Pekayon & Tangerang).