Osteoporosis vs Osteoarthritis : Apa Perbedaannya?

Osteoporosis : kondisi dimana terjadinya peurunan massa tulang dan adanya perubahan susunan mikroarsitektur jaringan tulang yang menyebabkan terjadinya kerapuhan tulang dan meningkatkan resiko terjadinya resiko patah tulang. Insidensi patah tulang akibat osteoporosis ini mencapai 50% dan banyak terdapat pada wanita (setelah menopause), dengan paling sering mengalami patah pada tulang belakang, pergelangan tangan dan pinggul.  Untuk mendiagnosa osteoporosis, dapat dilakukan pemeriksaan dengan Bone mineral density dengan alat DEXA (dual energy X-ray Absorptiometry), yang menunjukkan angka T-score dibawah SD 2,5. Salah satu pencegahan osteoporosis adalah dengan mendapat intake yang cukup dari Calsium dan vitamin D, meningkatkan aktivitas fisik yang cukup dan terkena paparan sinar matahari, serta menghindari rokok dan alkhol. Pada kasus yang berat, dapat diberikan pengobatan dengan biphosponat. Dalam penangannanya, osteoporosis bisa diberikan pengobatan dengan konsumsi kalsium (1000 mg/hr) dan vitamin D (400 IU/hr), biphosponat, terapi pengganti estrogen. Tujuannya adalah mencegah terjadinya kejadian patah tulang.

Patah tulang pada osteoporosis, terkadang disebabkan kejadian yang simple, paling sering akibat jatuh terpeleset atau terduduk di rumah pada orangtua. Pada kondisi bila sudah terjadi patah tulang, ada beberapa pemilihan tatalaksana. Disini akan dinilai kembali, aktivitas dan kondisi pasien pre jatuh. Bila sebelumnya pasien dapat berjalan mandiri, maka pasien diharapkan dapat kembali ke aktivitas seperti sebelumnya dengan segera. Persiapan pasien sebelum operasi harus dipersiapkan dengan matang, dengan kolaborasi dari beberapa spesialis, seperti dokter penyakit dalam, anestesi, jantung untuk memastikan kondisi pasien geriatric yang maximal. Tidak semua harus dilakukan operasi, dan tidak semua operasi harus mendapat perawatan yang lama. Bila kondisi pasien cukup optimal, maka dapat dilakukan operasi sesuai kondisi patah tulangnya, misal pada patah tulang pinggul, maka dapat dilakukan operasi seperti penggantian sendi pinggul. Bila kondisi pasien baik, maka 1 hari pasca operasi pasien dapat mulai berjalan dengan bantuan walker dan 2-3 hari pasca operasi, pasien dapat kembali ke rumah. Pada kasus seperti patah tulang belakang maupun pergelangan tangan, terkadang tidak memerlukan operasi, bisa hanya dilakukan penggunaan brace atau gips. Semua pilihan terapi, tentu mempertimbangkan kenyamanan dan keamanan pasien. Tujuan utama pengobatan adalah mengembalikan pasien ke kualitas hidup yang baik.

Osteoarthtitis (OA) berbeda dengan osteoporosis. OA adalah kondisi terjadinya degeneratif (penuaan) pada sendi yang ditandai dengan adanya kerusakan tulang rawan dan perubahan proliperatif dari tulang sekitar. OA dapat terjadi pada semua sendi, tetapi terutama pada sendi yang banyak menerima weight-bearing seperti pingul, lutut, ankle dan tulang pinggang bawah. Nyeri sendi diawali awalnya ringan, tetapi lama kelamaan akan meningkat perlahan, dan dipicu oleh aktivitas, dan berkurang dengan istirahat. Pada stadium lanjut, maka terkadang nyeri dirasakan juga timbul saat tidur. Bila dibiarkan lebih lama, makan akan semakin memberat dan menimbulkan kekkakuan sendi dan gangguan pergerakan yang akan menghambat aktivitas harian. Pada stadium awal, dimana pada radiologi belum tampak tanda pengapuran, maka dapat dilakukan tindakan pencegahan seperti maintenance dari pergerakan sendi dan kekuatan otot, serta mencegah sendi dari “overload”. Pada tahap ini dapat dibantu dengan pemberian obat nyeri ringan sebagai pengurang gejala simptomatik dan modifikasi aktivitas harian. Olahraga yang bersifat aerobic dapat dilakukan rutin dan juga pemberian pijatan ringan. Pada tahap yang lebih lanjut, maka disini akan terlihat mulai adanya penyempitan celah sendi dan timbulnya pertumbuhan tulang rawan pada tepi sendi. Disini dapat mulai kita lakukan beberapa tindakan intervensi, seperti penanganan nyeri dengan suntikan, maupun tindakan operasi minimal seperti meluruskan kembali tulang atau arthroscopy. Pada tahap lanjut, dimana pasien mengalami kekakuan sendi dan kehilangan pergerakan serta nyeri yang terus menerus, maka harus dilakukan operasi rekonstruksi seperti penggantian sendi (arthroplasty).

Dengan kemajuan teknik operasi dan rehabilitasi, serta kesadaran masyarakat, maka OA ini dapat dicegah sejak dini agar tidak perlu dilakukan tindakan invasive. Mencegah lebih awal kerusakan sendi dengan menjaga berat badan agar tidak overweight dan bergerak secara rutin serta penguatan otot, dapat membantu mencegah kerusakan sendi. Tindakan operasi hanya dilakukan pada stadium lanjut, dimana pasien sangat nyeri dan terdapat gangguan aktivitas yang cukup berat. Tindakan operasi seperti penggantian sendi, saat ini sudah cukup canggih dengan sayatan yang cukup kecil, dan waktu pemulihan yang cepat, membuat pasien tidak perlu lama-lama dirawat, sehingga pemulihan dapat dilakukan dirumah dengan bantuan keluarga tercinta.

Di RS EMC Pulomas saat ini sudah dapat melakukan tindakan pencegahan maupun pengobatan untuk osteoarthritis dan osteoporosis. Dengan diskusi yang interaktif dengan tim orthopaedi, maka kita dapat memikirkan bersama terapi yang baik dan nyaman untuk pasien. Pada tahap awal, dengan program rutin untuk mencegah kemungkinan operasi, maka dapat diatur program yang baik sebagai tindakan-tindakan pencegahan untuk mendapat kualitas hidup yang lebih baik. Pada kasus yang membutuhkan operasi, dengan persiapan operasi yang maksimal dan teknik operasi yang canggih juga, saat ini pasien tidak perlu lagi untuk dirawat lama-lama di rumah sakit. Bila toleransi pasien cukup baik dan keluarga dapat men-support yang baik untuk perawatan pasca operasi, maka pasien bisa langsung mulai mobilisasi dan kembali ke aktivitas segera.

Artikel ditulis oleh dr. Steesy Benedicta, M.Ked.Klin, Sp.OT (Spesialis Ortopedi & Traumatologi RS EMC Pulomas).