Mengenal Tantrum pada Anak

Kualitas hidup anak salah satunya bergantung pada kesehatan mental yang di dalamnya melibatkan unsur emosi. Keluhan atau gejala yang paling menonjol pada masalah kesehatan mental adalah gangguan emosi.

Masalah yang berkaitan dengan emosional merupakan bidang yang cukup kompleks, baik gejala maupun penyebabnya. Masalah emosional tersebut sulit untuk diketahui jika dibandingkan permasalahan medis lainnya. Terlebih jika masalah emosional terjadi pada anak yang sulit atau belum mampu mengutarakan keinginannya.

Keluhan yang diutarakan orangtua saat bertemu dokter biasanya masih samar- samar atau tidak konkret pada setiap awal kunjungan, contohnya anak sulit untuk belajar, anak tidak bisa diatur, anak nakal, anak sulit diberi tahu, dan sebagainya.

Salah satu gangguan emosional yang sering muncul adalah luapan emosi yang meledak-ledak dan tidak terkontrol atau sering kita sebut temper tantrum (tantrum).

Tantrum biasanya terjadi pada anak yang aktif dengan energi berlimpah. Tantrum juga lebih sering terjadi pada anak-anak “sulit” dengan ciri-ciri memiliki kebiasaan tidur dan buang air besar tidak teratur, sulit makan, takut ketika bertemu orang baru, lambat beradaptasi terhadap perubahan, mudah marah, sulit dialihkan perhatiannya.

Tantrum sering dialami oleh anak usia 0-5 tahun. Sebelum lebih jauh membahas masalah tantrum, ada baiknya terlebih dahulu kita mengetahui tahap perkembangan emosi anak usia 0 sampai 5 tahun.

Setiap individu tentunya memiliki emosi, demikian pula anak-anak. Sebenarnya anak-anak lebih emosional dibandingkan orang dewasa, karena anak belum mampu mengendalikan emosi mereka sendiri.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting. Masalah bahasa juga menyumbang faktor yang menyebabkan anak menjadi tantrum.

Temper tantrum atau acting-out-behaviors adalah :

  1. Perilaku mengganggu/ tidak diinginkan yang terjadi sebagai respons atas keinginan atau kebutuhan yang tidak dipenuhi.
  2. Ledakan emosi ketika keinginan anak tidak terpenuhi atau tertunda, kehilangan kendali emosi.
  3. Tidak mampu mengontrol emosi yang berhubungan dengan turunnya toleransi terhadap rasa frustrasi.

Perilaku tantrum pada anak tujuannya adalah “memaksa” orang lain untuk memenuhi apa yang diminta atau dibutuhkan si anak. Tantrum yang pertama tujuannya untuk menunjukkan ketidakpuasan atau frustrasi. Perilaku tantrum yang terus diulang akan menjadi pembelajaran bagi anak (learned behaviors).

Dunia anak yang kita ketahui adalah dunia bermain. Anak biasanya ingin belajar menjadi “lebih” dan ke-“aku”-annya sangat tinggi. Anak selalu ingin lebih dalam mengatur diri dan emosinya. Ketika anak tidak mampu mengerjakannya, anak akan frustrasi dan itu diekspresikannya dalam berbagai cara.

Tantrum merupakan respons yang tidak tepat (inappropriate resinforcement). Dalam pikiran anak adalah melakukan tindakan yang “baik” tidak akan membuat anak mendapatkan perhatian dari orang lain, sedangkan perilaku “nakal” yang akan mendapatkan perhatian dari orangtua atau orang lain. Anak mulai belajar bahwa jika dia mendapat ganjaran karena perbuatan “nakal” artinya dia diperhatikan dan diberi kasih sayang, sedangkan jika anak melakukan perbuatan “baik” tidak akan diperhatikan oleh orangtua.

Umumnya, tantrum akan terjadi pada tahun kedua kehidupan seorang anak, yaitu ketika perkembangan bahasa anak baru mulai berkembang. Pada kasus tertentu, tantrum pada anak mungkin dapat disebabkan oleh gangguan perilaku atau gangguan mental yang lain, salah satunya adalah autisme. Tantrum juga sering didapati pada anak yang sangat dimanjakan (overindulgent) oleh orangtua, atau orangtua memiliki tingkat kecemasan yang berlebihan

(oversolicitous) pada anak, atau orangtua terlalu ingin melindungi anaknya (overprotective).

Tantrum pada awalnya adalah respons tidak menyukai pada perlakuan secara fisik, tetapi tantrum juga merupakan suatu usaha anak untuk mendapatkan hadiah dari orangtuanya. Tujuan tantrum adalah menarik perhatian orangtuanya. Tantrum biasanya akan menjadi lebih buruk pada anak karena beberapa hal:

  1. Lapar
  2. Sangat kelelahan
  3. Tidak berdaya
  4. Perubahan mendadak
  5. Mencari perhatian
  6. Tidak mendapatkan benda yang diinginkan
  7. Benda miliknya diambil secara paksa
  8. Orangtua tidak mengerti apa yang dikatakan atau diinginkan oleh anak
  9. Tidak mempunyai cara atau kata-kata yang ingin diutarakan
  10. Anak yang merasa cemas, tertekan atau terganggu
  11. Ketidakmampuan anak memecahkan masalah 

Berikut ini beberapa contoh perilaku yang dilakukan anak dalam episode tantrum menurut tingkatan usianya:

1. Usia di bawah 3 tahun

Menangis, menggigit, memukul, menendang, menjerit, melengkungkan punggung, menjatuhkan badan ke lantai, memukul-mukulkan tangan, menahan napas, membenturkan kepala, atau melempar barang.

2. Usia 3 sampai 4 tahun

Seperti perilaku usia di bawah 3 tahun ditambah dengan mengentak-entakkan kaki, berteriak-teriak, memukul, membanting pintu, mengkritik, atau merengek.

3. Usia 5 tahun ke atas

Seperti perilaku pada dua kategori sebelumnya ditambah adanya perilaku memaki, menyumpah, memukul kakak, adik, atau temannya, mengkritik diri sendiri, memecahkan barang dengan sengaja, atau mengancam orangtua atau orang lain.

Tantrum pada anak juga dapat dilihat ciri-cirinya. Anak yang lebih memilih untuk diam secara sengaja ketika diajak bicara oleh orangtua (ngambek) ini disebut selective mutism.

Pada usia tertentu, anak tantrum untuk menunjukkan apa yang menjadi keinginannya karena dirinya belum tahu cara lain untuk mengekspresikannya. Kuncinya, orangtua harus sabar dan penuh cinta dalam membantu anak untuk bisa mengekspresikan keinginan mereka melalui kata-kata atau menunjukkan kemarahan dengan cara yang sesuai.

Berikut ini cara yang dapat diikuti untuk mengendalikan tantrum anak: 

  1. Orangtua tetap tenang
  2. Jangan mengubah "tidak" menjadi "ya"
  3. Memindahkan anak
  4. Orangtua yang memindahkan diri
  5. Tenangkan anak
  6. Bicara sesudah episode tantrum
  7. Jangan menjelaskan apapun saat anak masih tantrum
  8. Jangan mengancam dengan hukuman

Artikel ditulis oleh dr. S.T. Andreas, M.Ked(Ped), Sp.A (Dokter Spesialis Anak RS EMC Pekayon).