Normalkah Keputihan Setelah Menopause? Ini Jawaban Dokter

Wanita mulai mengalami keputihan sebagai bagian dari perubahan tubuh saat memasuki usia pubertas. Perubahan hormon dalam tubuh, aktivitas seksual, menyusui, maupun siklus menstruasi dapat memicu munculnya cairan ini.

Namun, saat keputihan terjadi setelah seorang wanita memasuki masa menopause, kekhawatiran sering kali muncul. Perlukah dikhawatirkan atau ini merupakan bagian dari reaksi tubuh yang masih normal? Artikel ini akan mengulas fakta medis mengenai keputihan pascamenopause serta tanda-tanda yang perlu diwaspadai.

Wajarkah Mengalami Keputihan Setelah Menopause?

Tubuh menghasilkan keputihan secara alami guna menjaga lingkungan vagina tetap lembap dan bersih. Meskipun lebih umum terjadi pada wanita usia subur, keputihan tetap bisa dialami oleh wanita yang telah memasuki masa menopause.

Setelah menopause, kadar hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh mengalami penurunan. Dinding vagina pun cenderung menjadi kering dan mengalami penipisan akibat perubahan tersebut. Meski demikian, vagina masih dapat memproduksi cairan, meskipun dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan saat masih menstruasi.

Pada beberapa kasus, perubahan hormonal dapat menyebabkan keputihan yang sifatnya masih normal. Apabila keputihan tampak tidak biasa dalam hal warna, jumlah, serta menimbulkan gejala seperti bau tidak enak atau rasa gatal, besar kemungkinan penyebabnya adalah infeksi jamur maupun bakteri.

Perbedaan keputihan sehat dan yang perlu diwaspadai dapat dilihat dari warna, kekentalan, dan aromanya. Dengan mengenali ciri-ciri tersebut, wanita dapat lebih waspada terhadap kondisi yang membutuhkan perhatian medis.

Keputihan yang Normal

Keputihan yang sehat dihasilkan secara alami sebagai upaya tubuh menjaga kelembapan dan mencegah infeksi di area reproduksi. Keputihan yang sehat biasanya memiliki karakteristik sebagai berikut:

  1. Berwarna bening, putih, atau krem.
  2. Teksturnya ringan, tidak terlalu kental atau menggumpal.
  3. Tidak memiliki bau menyengat.
  4. Jumlahnya sedikit dan muncul secara berkala, tidak terus-menerus.

Selama tidak disertai rasa gatal, perih, atau bau yang tidak sedap, keputihan tersebut umumnya tidak perlu dikhawatirkan.

Keputihan yang Perlu Diwaspdai

Ketika keputihan menunjukkan gejala abnormal, hal ini bisa menjadi petunjuk adanya infeksi atau kelainan pada area kewanitaan. Inilah ciri-ciri keputihan yang patut dicurigai:

  1. Cairan berbau amis atau menyengat.
  2. Gatal pada area vagina, disertai iritasi atau kemerahan.
  3. Keputihan keluar dalam jumlah banyak dan terus-menerus.
  4. Muncul sensasi terbakar di area kewanitaan.
  5. Nyeri saat melakukan hubungan seksual.
  6. Cairan yang keluar memiliki warna putih dan konsistensi kental yang menyerupai gumpalan keju.
  7. Cairan berwarna kuning kehijauan.
  8. Cairan berwarna merah muda atau cokelat.

Konsultasi dengan dokter diperlukan bila Anda mengalami gejala tersebut, guna memastikan diagnosis dan memperoleh pengobatan yang tepat.

Tips Menghindari Keputihan Abnormal dan Menjaga Kesehatan Area Kewanitaan

Untuk menjaga kesehatan vagina dan mencegah keputihan yang tidak normal, berikut beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan:

  1. Pilih celana dalam dari bahan katun yang longgar dan mampu menyerap keringat dengan baik.
  2. Pastikan area intim tetap kering dengan menyekanya memakai handuk bersih setiap selesai mandi atau ke toilet. Bersihkan dari arah depan (vagina) ke belakang (anus) untuk mencegah infeksi silang dari bakteri anus.
  3. Area vagina sebaiknya dibersihkan dengan air tanpa menggunakan sabun atau produk yang mengandung parfum.
  4. Segera ganti celana dalam jika mulai terasa lembap atau basah untuk menjaga kebersihan area intim.
  5. Hindari penggunaan pembalut, pantyliner, tisu basah, atau sabun pembersih kewanitaan yang mengandung bahan kimia, parfum, atau pewarna, karena dapat memicu iritasi.

Selain itu, menerapkan gaya hidup sehat juga berperan penting. Konsumsi makanan bergizi, cukupi kebutuhan cairan, olahraga teratur, dan hindari stres berlebih agar sistem kekebalan tubuh tetap optimal dalam melawan infeksi. 

BACA JUGA: Waspada Infeksi Menular Seksual

Konsultasikan Kondisi Anda dengan Dokter

Pada masa pascamenopause, keputihan tetap mungkin muncul dan biasanya tidak mengindikasikan masalah kesehatan yang serius. Akan tetapi, jika keputihan tampak berubah warna, berbau tajam, kental, atau disertai keluhan seperti rasa gatal dan nyeri, segera periksa kondisi Anda ke dokter.

Semakin cepat penanganan dilakukan, semakin kecil risiko kondisi berkembang menjadi lebih parah. Melalui evaluasi medis, penyebab keputihan dapat diketahui dan ditangani dengan pengobatan yang sesuai kondisi pasien.

Artikel ditulis oleh dr. Beta Andewi Resti Anggraheni, Sp.OG (Dokter Spesialis Kebidanan Kandungan RS EMC Sentul).