Banyak orang mengira bahwa satu-satunya cara mengatasi GERD adalah dengan minum obat. Padahal, kunci utama dalam mengendalikan penyakit asam lambung ini justru terletak pada perubahan gaya hidup sehari-hari. GERD atau Gastroesophageal Reflux Disease terjadi ketika asam lambung naik ke kerongkongan dan menimbulkan sensasi terbakar di dada (heartburn).
Jika tidak diimbangi dengan kebiasaan sehat, gejalanya bisa sering kambuh meski sudah minum obat. Karena itu, memahami cara mencegah dan mengelola GERD tanpa ketergantungan obat menjadi langkah penting untuk menjaga kualitas hidup.
Tips Mengurangi Gejala GERD Tanpa Obat-obatan
Obat bukan satu-satunya jalan keluar bagi penderita GERD atau Gastroesophageal Reflux Disease. Pentingnya memahami perubahan gaya hidup guna mencegah GERD muncul kembali.
Dasar penanganan GERD justru tanpa obat-obatan. Oleh karena itu, langkah perbaikan bisa dimulai dari hal sederhana yang dilakukan setiap hari. Mulai dari menghindari makanan minuman pemicu GERD hingga berhenti merokok.
1. Kenali dan Hindari Makanan Pemicu
Beberapa makanan dan minuman dapat meningkatkan risiko kambuhnya GERD. Kategori yang umum menjadi pemicu, seperti:
- Makanan terlalu berlemak
- Makanan pedas
- Bawang putih berlebih
- Kopi
- Alkohol
- Soda
Namun, respons tiap orang bisa berbeda. Masing-masing orang punya sensitivitas yang lain-lain.
Ada yang masih bisa minum kopi tanpa susu dalam porsi kecil, ada yang lebih sensitif pada santan, namun masih toleran terhadap pedas.
Oleh karena itu, kesadaran terhadap respons tubuh menjadi kunci dalam mengendalikan gejala.
2. Atur Porsi dan Frekuensi Makan
Selain pemilihan makanan, cara makan juga menentukan. Jika pasien mengalami obesitas, sebaiknya melakukan program penurunan berat badan karena dapat mengurangi gejala secara signifikan.
Beberapa pasien merasa lebih nyaman makan sedikit tetapi sering. Pada sebagian lainnya, puasa justru membuat gejala membaik.
Pada pasien-pasien yang Muslim sering kali malah pada puasa Ramadan, gejalanya hilang.
Namun, ia mengingatkan agar tidak makan berlebihan saat berbuka. Terlalu banyak dan terlalu berlemak justru menjadi pemicu, sehingga pilihan menu dan waktu makan saat berbuka harus diperhatikan.
3. Kunyah Lebih Lama dan Jangan Terlalu Kenyang
Menghabiskan makanan terlalu cepat dapat membebani lambung. Dedy menyarankan untuk mengunyah lebih lama, tidak terburu-buru, dan menghindari kondisi sangat kenyang.
Jika lambung terlalu penuh, tekanan yang meningkat dapat melemahkan klep yang berfungsi mencegah kenaikan asam lambung.
4. Jaga Jarak Waktu Sebelum Tidur
Setelah makan, tubuh membutuhkan waktu untuk mencerna. Oleh karena itu, tidak disarankan makan menjelang tidur.
Jangan makan langsung berbaring, kalau bisa dijeda 3 jam. Langkah sederhana ini dapat membantu mencegah gejala muncul pada malam hari.
5. Berhenti Merokok dan Perhatikan Kondisi Kehamilan
Merokok berisiko memicu GERD karena asap yang tertelan bisa merusak lapisan pelindung kerongkongan serta membuat air liur berkurang. Padahal air liur berfungsi sebagai penetral asam.
Kehamilan rentan memicu GERD. Bila ada riwayat gejala pada kehamilan sebelumnya, konsultasi medis menjadi penting dilakukan.
6. Tetap Tenang Saat Serangan Terjadi
Ketika muncul rasa tidak nyaman di dada, jangan panik. Rasa cemas dapat memperburuk kondisi. Minum air putih biasa, bukan air terlalu panas atau dingin, agar gejala lebih cepat mereda.
7. Gunakan Obat Bila Diperlukan
Meski fokus utama penanganan berada pada perubahan gaya hidup, Obat lambung masih diperlukan pada kondisi tertentu, terutama bila gejala masih sering muncul dan masih dalam pemantauan dokter.
BACA JUGA: GERD Kambuh karena Banyak Pikiran Atau Stress?
Faktor Risiko yang Dapat Memicu GERD
Beberapa hal dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami GERD (Gastroesophageal Reflux Disease). Faktor-faktor ini bisa berasal dari kebiasaan sehari-hari, kondisi medis tertentu, maupun gaya hidup yang tidak sehat. Berikut beberapa di antaranya:
- Kebiasaan makan tidak teratur: Makan terlalu cepat, terlalu banyak, atau langsung berbaring setelah makan dapat memicu naiknya asam lambung.
- Kelebihan berat badan (obesitas): Tekanan pada perut meningkat sehingga asam lambung lebih mudah naik ke kerongkongan.
- Konsumsi makanan/minuman pemicu: Seperti makanan berlemak, pedas, kopi, soda, cokelat, dan alkohol.
- Merokok: Nikotin dapat melemahkan katup antara lambung dan kerongkongan.
- Stres dan kecemasan: Kondisi mental ini dapat memperparah gejala GERD melalui peningkatan produksi asam lambung.
- Kondisi medis tertentu: Seperti hernia hiatus, kehamilan, atau penggunaan obat-obatan tertentu (misalnya obat antiinflamasi nonsteroid).
Mengetahui faktor risiko ini membantu Anda melakukan pencegahan sejak dini agar gejala GERD tidak mudah kambuh.
Jangan Abaikan Gejala GERD, Periksa ke Dokter!
Menjaga kesehatan pencernaan tidak hanya soal pola makan, tapi juga bagaimana kita mengelola stres dan menerapkan gaya hidup seimbang. Kesadaran untuk menjaga tubuh tetap sehat sejak dini bisa membantu mencegah munculnya berbagai keluhan, termasuk GERD yang sering dianggap sepele.
Jika kamu sering merasakan gejala seperti nyeri dada, rasa asam di mulut, atau perut terasa penuh setelah makan, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter. Pemeriksaan medis akan membantu menentukan penyebab pasti dan langkah penanganan yang tepat agar kondisi tidak semakin parah.
Artikel dibuat berdasarkan program Healthy Monday kolaborasi EMC Healthcare dengan Liputan6, bersama narasumber dr. Dedy G. Sudrajat, Sp.PD, KGEH, FINASIM (Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastro Entero Hepatologi RS EMC Grha Kedoya) & dr. Eva Suryani, Sp.KJ (Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa (Psikiater) RS EMC Alam Sutera).