Menjelang menopause, banyak perempuan mulai merasakan perubahan pada siklus haid yang bisa berbeda dari biasanya. Siklus yang sebelumnya teratur bisa menjadi lebih pendek, lebih panjang, atau bahkan terlewat sama sekali. Kondisi ini merupakan bagian alami dari proses penuaan, namun sering menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran, terutama jika disertai gejala lain seperti perubahan suasana hati, gangguan tidur, atau rasa panas mendadak (hot flashes).
Memahami perubahan siklus haid menjelang menopause penting agar perempuan dapat lebih siap secara fisik maupun emosional dalam menghadapi fase ini.
Kapan Siklus Haid Menjelang Menopause Terjadi?
Haid yang mulai berubah menjelang menopause biasanya terjadi pada fase yang disebut perimenopause, yaitu masa transisi sebelum seorang perempuan benar-benar berhenti menstruasi. Perimenopause umumnya dimulai pada usia 40-an tahun, meski pada sebagian perempuan bisa muncul lebih awal di akhir usia 30-an.
Pada fase ini, kadar hormon estrogen dan progesteron mulai menurun dan tidak stabil, sehingga memengaruhi siklus haid. Akibatnya, haid bisa datang lebih sering atau justru jarang, lebih banyak atau lebih sedikit dari biasanya. Periode perimenopause ini dapat berlangsung selama 4–10 tahun sebelum akhirnya memasuki menopause, yaitu kondisi ketika haid berhenti sama sekali selama 12 bulan berturut-turut.
5 Ciri Haid Menjelang Menopause yang Perlu Dicermati
Menjelang menopause, tubuh perempuan mengalami banyak perubahan yang erat kaitannya dengan fluktuasi hormon. Salah satu tanda paling jelas terlihat pada siklus haid yang mulai berbeda dari biasanya. Perubahan ini seringkali membingungkan karena gejalanya tidak sama pada setiap orang.
Agar lebih waspada, berikut adalah ciri-ciri haid menjelang menopause yang perlu diperhatikan:
- Siklus Haid Tidak Teratur
Jika sebelumnya siklus haid selalu teratur, menjelang menopause biasanya mulai menjadi tidak menentu. Haid bisa datang lebih cepat, misalnya setiap 20 hari, atau justru terlambat hingga lebih dari 40 hari. Ketidakstabilan ini disebabkan oleh perubahan kadar estrogen dan progesteron yang memengaruhi proses ovulasi. - Durasi Haid Bisa Lebih Lama atau Sebentar
Selain jadwal yang berubah, lama haid pun dapat berbeda dari biasanya. Ada yang hanya berlangsung 2–3 hari, sementara sebagian perempuan mengalaminya lebih dari seminggu. Kondisi ini normal selama masih berada di fase perimenopause, namun jika darah keluar terus-menerus tanpa henti, sebaiknya segera konsultasi ke dokter. - Perubahan Warna Darah Haid
Menjelang menopause, warna darah haid bisa lebih gelap atau lebih terang dari biasanya. Hal ini terjadi karena proses penebalan dan peluruhan dinding rahim tidak stabil. Perubahan warna umumnya masih wajar, tetapi jika disertai bau tidak sedap atau gumpalan besar, perlu mendapat perhatian medis. - Jumlah Darah Haid yang Keluar
Beberapa perempuan mengalami perdarahan lebih banyak hingga harus sering mengganti pembalut, sedangkan yang lain justru sangat sedikit. Perbedaan jumlah darah ini dipengaruhi oleh fluktuasi hormon serta kualitas ovulasi yang semakin menurun. - Flek Diluar Siklus Haid
Selain perubahan pada jadwal dan jumlah, seringkali muncul flek atau bercak darah di luar masa haid. Flek ini biasanya terjadi akibat dinding rahim yang mulai menipis dan hormon yang tidak seimbang. Meski sering dianggap sepele, jika flek terjadi terus-menerus, ada baiknya melakukan pemeriksaan.
Perubahan pada siklus haid menjelang menopause adalah hal alami yang dialami setiap perempuan, meski dengan gejala yang berbeda-beda. Mengenali ciri-cirinya sejak awal akan membantu kita lebih siap secara fisik maupun mental dalam menghadapi transisi ini. Jika perubahan terasa berlebihan atau mengganggu aktivitas sehari-hari, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan tenaga medis agar mendapat penanganan yang tepat.
Berapa Lama Gangguan Haid Sebelum Menopause?
Gangguan haid sebelum menopause biasanya muncul pada fase perimenopause, yaitu masa transisi sebelum haid benar-benar berhenti. Perimenopause dapat berlangsung sekitar 4–8 tahun, meskipun pada sebagian perempuan ada yang hanya mengalami 2–3 tahun atau bahkan lebih dari 10 tahun.
Selama periode ini, perubahan hormon menyebabkan siklus haid menjadi tidak menentu: bisa lebih panjang, lebih pendek, jumlah darah yang keluar berbeda, hingga kadang haid terhenti beberapa bulan lalu datang kembali. Gangguan ini akan berakhir ketika seorang perempuan dinyatakan menopause, yaitu setelah tidak mengalami menstruasi sama sekali selama 12 bulan berturut-turut.
Gejala Lain Menjelang Menopause di Luar Gangguan Haid
Selain perubahan pada siklus menstruasi, menjelang menopause tubuh juga menunjukkan berbagai tanda lain yang dipengaruhi oleh fluktuasi hormon. Beberapa di antaranya dapat cukup mengganggu aktivitas sehari-hari, sehingga penting untuk dikenali sejak awal.
- Hot Flashes dan Keringat Malam
Rasa panas mendadak yang disertai keringat berlebih, sering muncul pada malam hari dan mengganggu tidur. - Gangguan Tidur
Sulit tidur atau sering terbangun di malam hari akibat perubahan hormon maupun hot flashes. - Perubahan Suasana Hati
Mood swing, mudah cemas, atau cepat marah lebih sering dirasakan karena fluktuasi hormon. - Kekeringan pada Vagina
Penurunan estrogen membuat area kewanitaan kering dan menimbulkan rasa tidak nyaman. - Penurunan Energi dan Konsentrasi
Tubuh lebih mudah lelah dan sulit fokus, sering dipengaruhi kualitas tidur yang menurun.
BACA JUGA: Normalkah Keputihan Setelah Menopause? Ini Jawaban Dokter!
Kapan Harus Menghubungi Dokter?
Ciri haid menjelang menopause umumnya merupakan bagian normal dari proses penuaan. Namun, tetap penting untuk menghubungi dokter bila mengalami gejala yang terasa berlebihan atau tidak biasa, seperti pendarahan sangat banyak, siklus haid yang tidak kunjung teratur, flek terus-menerus di luar menstruasi, atau nyeri hebat yang mengganggu aktivitas.
Selain itu, konsultasi medis juga diperlukan jika kamu membutuhkan informasi lebih lanjut tentang perubahan tubuh, pilihan terapi untuk meredakan gejala, atau saran menjaga kesehatan reproduksi selama masa transisi menuju menopause. Dengan begitu, kamu bisa lebih tenang dan mendapatkan penanganan yang sesuai dengan kondisi tubuhmu.
Artikel ditulis oleh dr. Ervina Ningsih, Sp.OG (Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan RS EMC Pulomas).