Bahaya Sifilis pada Wanita, Kenali Gejala dan Pencegahannya

Meski sering dikaitkan dengan perilaku berisiko, kenyataannya sifilis bisa menyerang siapa saja, termasuk wanita yang tampaknya tidak memiliki faktor risiko tinggi. Sifilis atau penyakit menular seksual (PMS) terjadi karena bakteri Treponema pallidum. Masalahnya, gejala sifilis kerap tidak disadari, bahkan bisa tampak seperti keluhan ringan yang mudah diabaikan. 

Jika tidak segera dideteksi dan diobati, penyakit ini dapat berkembang menjadi kondisi serius yang membahayakan berbagai organ tubuh, termasuk otak, jantung, dan sistem saraf.

Gejala Sifilis pada Wanita

Sifilis pada wanita sering berkembang secara perlahan dan bertahap, sehingga banyak penderitanya tidak menyadari tanda-tandanya sejak awal. Untuk membantu mengenali setiap fasenya, berikut penjelasan gejala sifilis berdasarkan tahap perkembangannya:

  1. Sifilis primer
    Ditandai munculnya luka kecil tanpa rasa sakit di area genital, mulut, atau anus. Karena tidak nyeri dan bisa sembuh sendiri, banyak wanita tidak menyadari bahwa itu adalah tanda awal infeksi.
  2. Sifilis sekunder
    Pada tahap ini, gejala mulai terlihat lebih jelas: ruam di tubuh, demam, nyeri tenggorokan, hingga rambut rontok. Ruamnya sering tidak gatal, sehingga mudah disalahartikan sebagai alergi atau iritasi.
  3. Sifilis laten
    Tidak ada gejala yang muncul, tetapi bakteri tetap aktif di dalam tubuh. Tanpa pemeriksaan medis, fase ini dapat berlangsung bertahun-tahun dan tetap berpotensi berkembang ke tahap berikutnya.
  4. Sifilis tersier
    Tahap paling berbahaya, ketika bakteri mulai menyerang organ dalam seperti jantung, otak, pembuluh darah, dan saraf. Komplikasinya dapat menyebabkan kerusakan permanen bahkan mengancam jiwa.

Dampak dan Bahaya Sifilis Jika Tidak Diobati

Jika tidak ditangani sejak awal, sifilis dapat berkembang menjadi kondisi yang jauh lebih serius. Bakteri Treponema pallidum mampu menyebar ke berbagai bagian tubuh dan menyebabkan kerusakan jangka panjang. Berikut beberapa dampak yang perlu diwaspadai:

  • Komplikasi pada sistem saraf, jantung, dan otak
    Infeksi yang terus berkembang dapat mengganggu fungsi saraf, merusak pembuluh darah, hingga memicu penyakit jantung dan gangguan otak.
  • Risiko infertilitas dan masalah kehamilan
    Pada wanita, sifilis yang tidak diobati dapat meningkatkan risiko sulit hamil. Ibu hamil yang terinfeksi juga bisa menularkan penyakit ini ke janin, sehingga menyebabkan keguguran, bayi lahir prematur, atau sifilis kongenital.
  • Kerusakan organ permanen
    Dalam jangka panjang, bakteri dapat menyebabkan kerusakan permanen pada organ penting seperti hati, mata, tulang, dan sistem saraf, yang berpotensi mengancam nyawa.

Pencegahan Sifilis pada Wanita

Mencegah sifilis jauh lebih mudah daripada mengobatinya, terutama karena penyakit ini sering tidak menunjukkan gejala di awal. Dengan langkah-langkah sederhana dan konsisten, risiko penularannya bisa ditekan secara signifikan. Beberapa cara pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:

1. Gunakan alat pelindung (kondom)

Kondom membantu mengurangi risiko penularan, terutama saat kontak seksual dengan area yang berpotensi terinfeksi.

2. Hindari berganti-ganti pasangan seksual

Semakin banyak pasangan seksual, semakin tinggi risiko terpapar PMS, termasuk sifilis.

3. Lakukan tes kesehatan rutin dan edukasi tentang PMS

Pemeriksaan berkala membantu mendeteksi infeksi sejak dini, sedangkan edukasi membuat wanita lebih sadar akan gejala dan cara penularannya.

4. Jaga kebersihan organ intim dan hindari kontak langsung dengan luka sifilis

Kontak dengan luka atau ruam sifilis, meski tidak terasa sakit, tetap dapat menularkan bakteri. Menjaga kebersihan area intim juga membantu menurunkan risiko infeksi lainnya.

Pengobatan Sifilis pada Wanita

Sifilis dapat disembuhkan dengan penanganan medis yang tepat, namun prosesnya membutuhkan kedisiplinan agar infeksi benar-benar hilang. Berikut langkah pengobatan yang perlu diperhatikan:

  1. Terapi dengan antibiotik penisilin
    Penisilin adalah pengobatan utama yang efektif membunuh bakteri penyebab sifilis. Pengobatan ini biasanya diberikan melalui suntikan, dan hasilnya sangat baik bila dilakukan sejak tahap awal.
  2. Pentingnya menyelesaikan pengobatan
    Walaupun gejala tampak membaik sebelum pengobatan selesai, semua dosis tetap harus diikuti sesuai arahan dokter. Menghentikan terapi terlalu cepat dapat membuat bakteri bertahan dan menimbulkan komplikasi.
  3. Pasangan juga harus diperiksa
    Pemeriksaan untuk pasangan seksual sangat penting agar tidak terjadi reinfeksi. Jika pasangan tidak diobati, infeksi bisa kembali menular dan mengulang siklus yang sama.

Kapan Harus Periksa ke Dokter?

Segera lakukan pemeriksaan medis jika kamu menemukan luka atau ruam mencurigakan di area genital, terutama yang tidak terasa sakit namun tidak kunjung hilang. Kamu juga perlu waspada apabila pasangan terdiagnosis sifilis atau PMS lainnya, karena risiko penularannya sangat tinggi. 

Jika sebelumnya pernah berhubungan tanpa pengaman dan mulai muncul gejala aneh pada tubuh, jangan tunda untuk konsultasi. Dengan memeriksakan diri secara rutin dan lebih peka terhadap perubahan pada tubuh, kamu dapat mencegah komplikasi serius dan mendapatkan penanganan sejak dini. 

Tetap waspada, jaga kesehatan, dan jangan ragu untuk menemui dokter kapan pun kamu merasa ada yang tidak normal.

Artikel ditulis oleh dr. Hadi Firmansyah, Sp. DVE, M.Kes (Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi RS EMC Cikarang).