Asma adalah Peradangan Kronis di Saluran Napas, Kenali 6 Pemicunya Termasuk Faktor Keturunan

Asma adalah penyakit peradangan kronis di saluran napas yang ditandai dengan batuk, napas berbunyi, dan dada terasa berat. Batuk sebagai gejala asma bisa timbul dengan atau tanpa dahak.

Kemudian ada juga sesak napas dengan napas yang berbunyi seperti ngik ngik, atau dada terasa tertekan. Kadang-kadang bisa juga ada rasa nyeri di dada.

Penyakit asma biasanya periodik. Artinya muncul di waktu-waktu tertentu seperti di malam dan dini hari.

Penyebab asma sendiri yaitu ada peradangan di saluran napas yang kronis. Nah, peradangan ini bisa muncul karena dipicu beberapa hal.

Beberapa hal yang dapat memicu terjadinya peradangan saluran napas hingga berujung asma adalah:

  • Alergi
  • Aktivitas berlebih
  • Perubahan cuaca
  • Infeksi pernapasan
  • Stres

Salah satu faktor asma juga adalah faktor genetik. Jadi ada sifat yang namanya atopik atau alergi yang diturunkan biasanya dari orangtua ke anak-anaknya. Namun, tidak semua asma adalah karena keturunan.

Menyambung soal asma pada keturunan, asma memang bisa timbul akibat faktor keturunan. Namun soal besar potensinya tergantung pada pembawanya. Memang ada penyebab (faktor) keturunan, nah berapa besar kemungkinannya tergantung dari pembawanya. Jadi semuanya itu ditentukan oleh orangtua.

Artinya, jika kedua orangtua memiliki riwayat alergi, maka kemungkinan asma pada anak akan lebih besar. Namun, jika penyakit alergi hanya diidap oleh salah satu orangtua, maka kemungkinan asma pada anak akan lebih rendah.

Selain faktor keturunan, anak juga bisa mengalami asma jika ada faktor pencetus. Faktor pencetus asma selain keturunan cukup beragam.

Bisa asap rokok, asap kendaraan, pengharum ruangan, serbuk-serbuk, bahkan diffuser (alat aromaterapi) juga bisa menjadi pencetus dari serangan asma.

Memang sebagian besar penyebab asma anak itu apa yang dihirup oleh anak. Meski ada juga penyebab lain seperti makanan seperti kacang-kacangan atau seafood, itu juga bisa menjadi penyebab asma tapi sebagian besar memang yang dihirup.

Di tengah masyarakat, kadang gejala asma tak langsung dikenali. Misalnya ketika ada gejala batuk, pengidap bisa saja tidak menyadari bahwa gejala tersebut merujuk pada asma.

Baca juga: Kesalahpahaman Tentang Penyakit Asma

Lantas, bagaimana cara mendiagnosis asma agar penanganan segera dilakukan dengan tepat?

Diagnosis perlu kembali merujuk pada definisi asma. Di mana dasar dari asma adalah peradangan saluran napas. Dasarnya adalah peradangan saluran napas sehingga biasanya ada gejala-gejala seperti batuk, napas berbunyi, dan tadi definisinya ada periodik yakni timbul di malam hari.

Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan mewawancarai pasien karena anamnesis menentukan 80 persen diagnosis untuk asma.

Pertanyaan dalam anamnesis umumnya seputar riwayat genetik, kapan gejalanya timbul, napas berbunyi atau tidak, dan lain-lain.

Kita juga singkirkan diagnosis yang lain karena kadang penyakit lain gejalanya sama, sehingga mungkin kita perlu foto rontgen, foto dada, dan ada satu pemeriksaan yang dinamakan spirometry ini untuk menentukan fungsi paru sehingga kita bisa mengetahui apakah ada obstruksi saluran napas.

Artikel ditulis oleh dr. Herman, Sp.P (Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan RS EMC Sentul).
Program Healthy Monday bersama dengan Liputan6.com.