Aneurisma Aorta: Si Pembunuh Senyap yang Bisa Diselamatkan Lewat Bedah Toraks Kardiovaskular

Penyakit jantung dan pembuluh darah masih menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia, termasuk di Indonesia. Salah satu kondisi yang sering tidak disadari hingga menjadi fatal adalah aneurisma aorta. Meski terdengar asing bagi sebagian orang, penyakit ini adalah bom waktu dalam tubuh yang bisa pecah sewaktu-waktu.

BACA JUGA: Hati-hati, Stroke Bisa Menyerang di Usia Muda! Ketahui Penyebabnya Berikut Ini!

Apa Itu Aneurisma Aorta?

Aneurisma aorta adalah pelebaran abnormal pada dinding pembuluh darah utama (aorta), yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh. Ketika dinding aorta melemah, tekanan darah dapat membuatnya menggelembung seperti balon dan menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi semakin tipis—dan jika balon ini pecah, akibatnya bisa sangat fatal.

Terdapat dua lokasi utama aneurisma:

  1. Aneurisma Aorta Abdominal (AAA): terjadi di bagian perut.
  2. Aneurisma Aorta Torakal (TAA): terjadi di area dada.
  3. Aneurisma Aorta Torakoabdominal : Melibatkan kedua bagian torakal dan abdominal.

Mengapa kondisi ini Berbahaya?

Aneurisma aorta sering tidak menunjukkan gejala hingga ukurannya membesar atau pecah. Saat pecah, kondisi ini dapat menyebabkan pendarahan hebat dan syok, bahkan berujung pada kematian jika tidak ditangani segera. Inilah mengapa penyakit ini dijuluki sebagai "silent killer".

Apa Saja Faktor Risikonya?

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko aneurisma aorta antara lain:

  1. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
  2. Merokok
  3. Usia di atas 60 tahun
  4. Genetik ataupun Riwayat keluarga dengan aneurisma
  5. Kolesterol tinggi
  6. Penyakit aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah)
  7. Trauma (Cedera misalnya pada kecelakaan)

Gejala yang Perlu Diwaspadai

Meskipun sering tanpa gejala, beberapa tanda yang bisa muncul antara lain:

  1. Nyeri perut atau punggung yang menetap
  2. Pulsasi (denyutan) di perut bagian bawah
  3. Nyeri dada yang menjalar ke punggung
  4. Sesak napas atau batuk kronis (pada aneurisma torakal)

Jika aneurisma pecah, gejala yang muncul bisa berupa:

  • Nyeri mendadak dan hebat
  • Tekanan darah drop drastic
  • Pingsan
  • Keringat dingin dan pucat

Diagnosis 

Aneurisma sering ditemukan secara tidak sengaja selama pemeriksaan untuk kondisi lain. Metode diagnosis meliputi:  

  1. USG: Umum digunakan untuk AAA karena non-invasif. 
  2. CT Scan atau MRI: Memberikan gambaran detail tentang ukuran dan lokasi aneurisma. 
  3. Ekokardiogram: Untuk mengevaluasi TAA, terutama yang dekat dengan jantung. 
  4. Angiografi: Untuk melihat aliran darah di aorta.

Bagaimana Cara Menangani Aneurisma Aorta?

Aneurisma yang terdeteksi sejak awal bisa dipantau secara berkala. Namun jika sudah mencapai ukuran tertentu atau berisiko tinggi pecah, maka perlu dilakukan tindakan medis seperti:

  1.  Operasi Terbuka (Open Surgery):
    Pembuluh darah yang melebar diganti dengan graft (tabung sintetis khusus).

  2. EVAR / TEVAR (Endovascular Aneurysm Repair/ Thoracic Endovascular Aneurysm Repair):
    Prosedur minimal invasif menggunakan kateter untuk memasang stent di dalam pembuluh darah, sehingga memperkuat dinding aorta tanpa operasi besar. Penanganan ini dilakukan oleh dokter spesialis Bedah Toraks, Kardiak, dan Vaskular yang memiliki keahlian khusus menangani pembuluh darah besar seperti aorta.

Apakah Bisa Dicegah?

Meski tidak semua aneurisma bisa dicegah, risikonya bisa dikurangi dengan:

  1. Mengontrol tekanan darah dan kolesterol
  2. Berhenti merokok
  3. Rutin berolahraga
  4. Menjaga berat badan ideal
  5. Melakukan pemeriksaan rutin, terutama jika memiliki riwayat keluarga dengan aneurisma

Aneurisma aorta adalah ancaman yang sering tak terlihat, namun bukan berarti tidak bisa dicegah atau ditangani. Mengenali risikonya lebih awal bisa menjadi langkah penting untuk menyelamatkan nyawa.

Artikel ditulis oleh dr. Quincy Romano Rompas, Sp.BTKV (Dokter Spesialis Bedah Toraks, Kardiak dan Vaskular RS EMC Pekayon).