
Paparan suhu panas yang ekstrem tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga bisa membahayakan kesehatan tubuh. Terlebih jika tubuh mengalami kekurangan cairan (dehidrasi), risiko gangguan kesehatan akan semakin tinggi.
Suhu tubuh normal manusia berkisar antara 36°C hingga 37,5°C. Bila suhu tubuh meningkat hingga lebih dari 38,5°C, kondisi ini bisa disebut sebagai hipertermia. Meskipun sering dianggap sepele, hipertermia yang tidak mendapat penanganan benar berpotensi menimbulkan komplikasi berat.
Apa Itu Hipertermia?
Ketika seseorang terkena panas berlebihan dari lingkungan hingga suhu tubuhnya melampaui 38,5°C, maka ia dapat mengalami hipertermia.
Jika tubuh terpapar suhu panas dalam durasi yang lama, sistem pengaturan suhu tubuh tidak mampu mempertahankan keseimbangan suhu secara maksimal. Akibatnya, panas tubuh terus meningkat dan bisa menimbulkan gejala yang membahayakan.
Jika tidak segera ditangani, hipertermia dapat menyebabkan komplikasi serius yang mengancam nyawa, seperti rhabdomyolysis (kerusakan otot), gagal ginjal, perdarahan, koma, hingga kematian.
Bagaimana Gejala Hipertermia?
Gejala hipertermia dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahannya, namun secara umum meliputi:
- Suhu tubuh lebih dari 38,5°C.
- Tubuh terasa panas, tenggorokan kering, dan kelelahan.
- Sakit kepala atau pusing.
- Mual dan perut terasa tidak nyaman.
Jenis Hipertermia
Hipertermia memiliki beberapa jenis, sesuai kondisi dan gejala penderitanya. Jenis hipertermia adalah sebagai berikut:
1. Heat Stress
Hipertermia jenis ini ditandai dengan tubuh mulai kesulitan mengatur suhu akibat paparan panas berlebihan, tapi belum sampai tahap kelelahan panas berat.
Umumnya kondisi ini disebabkan oleh memakai pakaian tebal atau beraktivitas fisik di cuaca panas. Gejala kondisi ini meliputi lelah, kepala pusing, tenggorokan kering, dan mual-mual.
2. Heat Fatigue
Kondisi ini merupakan bentuk awal kelelahan akibat paparan suhu panas tinggi dalam jangka waktu lama. Gejalanya termasuk rasa kelelahan, tenggorokan kering, penurunan konsentrasi, dan kelemahan otot ringan.
Kondisi heat fatigue dapat menimbulkan keluhan seperti kelelahan, tenggorokan kering, dan gangguan dalam berkonsentrasi serta bergerak.
3. Heat Syncope
Jenis hipertermia ini dapat membuat aliran darah ke otak penderita menurun. Kondisi ini umumnya muncul setelah berdiri dalam waktu lama atau berdiri secara tiba-tiba di lingkungan yang panas.
Ketika mengalami heat syncope, seseorang bisa merasakan penglihatan terganggu, pusing, hingga berpotensi kehilangan kesadaran.
4. Heat Cramps
Kondisi ini biasanya muncul setelah melakukan aktivitas fisik yang intens di lingkungan panas, akibat berkurangnya elektrolit dan cairan tubuh. Gejalanya berupa kram otot yang menyakitkan, terutama di perut, lengan, atau kaki.
5. Heat Edema
Jenis hipertermia ini terjadi akibat pelebaran pembuluh darah saat cuaca panas, yang menyebabkan penumpukan cairan di ekstremitas seperti kaki atau tangan.
Hal ini umumnya disebabkan oleh duduk lama di tempat panas, yang membuat pembuluh darah melebar dan keluarnya cairan tubuh. Kondisi ini umumnya tidak berbahaya.
6. Heat Rash
Jenis ini dapat menimbulkan reaksi pada kulit, seperti peradangan atau iritasi. Heat rash ditandai dengan timbulnya biang keringat di leher, siku, bagian dada, dan selangkangan.
7. Heat Exhaustion
Jenis hipertermia ini disebabkan oleh hilangnya banyak cairan tubuh karena keringat berlebihan. Beberapa gejala dari heat exhaustion antara lain kelelahan ekstrem, pusing, mulut atau tenggorokan kering, kesulitan dalam bergerak, dan jantung yang berdetak cepat.
Jika dibiarkan tanpa penanganan, heat exhaustion dapat meningkat menjadi heatstroke, yakni kondisi paling serius dari gangguan akibat panas.
8. Heatstroke
Ini merupakan kondisi medis darurat yang membutuhkan penanganan segera. Keterlambatan dalam penanganan kondisi ini berpotensi menimbulkan kerusakan organ yang tidak dapat dipulihkan dan bisa berakibat fatal.
Gejala heatstroke meliputi suhu tubuh yang meningkat hingga lebih dari 40⁰C, kejang-kejang, kehilangan kesadaran, bicara tidak jelas, serta kulit yang terasa panas dan kering.
Cara Mengatasi Hipertermia
Mengatasi hipertermia dapat dilakukan dengan menjauhi penderita dari sumber panas. Hal ini penting dilakukan karena hipertermia adalah kondisi yang disebabkan paparan panas dari luar.
Untuk mengatasi hipertermia, segera pindahkan penderita ke tempat sejuk, berikan cairan elektrolit, longgarkan pakaian, dan kompres tubuh dengan air dingin.
Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari aktivitas fisik saat suhu tinggi, menjaga hidrasi, memastikan ventilasi udara cukup, dan mengenakan pakaian yang sesuai cuaca panas.
BACA JUGA: Liburan ke Tempat Ekstrem? Begini Cara Menyiapkan Kondisi Fisik Agar Tetap Prima!
Konsultasikan dengan Dokter
Hipertermia dapat terjadi ketika tubuh terlalu lama berada di lingkungan dengan temperatur yang tinggi. Kondisi ini sebenarnya bisa dicegah dengan menjaga kondisi tubuh dan memenuhi kebutuhan hidrasi.
Namun, apabila gejala terus memburuk, segera lakukan konsultasi dengan dokter agar mendapatkan perawatan yang sesuai. Dokter akan membantu mengatasi dan mencegah komplikasi akibat hipertermia.
Artikel ditulis oleh dr. Steffie Simpinano Solin, M.Ked(PD), Sp.PD (Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS EMC Cibitung).