
Vasektomi adalah prosedur sterilisasi atau kontrasepsi permanen pada pria yang dilakukan dengan memotong atau mengikat saluran sperma. Tindakan ini mencegah sperma bercampur dengan air mani yang dikeluarkan saat ejakulasi, sehingga kehamilan dapat dicegah.
Prosedur ini tergolong minim komplikasi, waktu pemulihannya singkat, dan sangat efektif mencegah kehamilan. Vasektomi dapat dilakukan oleh pria dari berbagai usia. Namun, umumnya dokter tidak menyarankan prosedur ini untuk pria yang berusia di bawah 30 tahun atau belum memiliki anak, kecuali ada alasan tertentu.
Dokter akan melakukan evaluasi awal, seperti menanyakan riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik, guna memahami kondisi pasien secara keseluruhan sebelum prosedur vasektomi dilakukan.
Pada artikel ini, Anda akan mempelajari bagaimana prosedur vasektomi dilakukan, apa saja manfaatnya, serta risiko atau komplikasi yang mungkin timbul setelah prosedur.
Bagaimana Prosedur Vasektomi?
Prosedur ini dilakukan oleh dokter spesialis urologi dengan menggunakan bius lokal di area skrotum dan testis. Tindakan ini bertujuan untuk memutus saluran sperma, sehingga sperma tidak dapat tercampur dalam air mani. Dengan cara ini, meskipun ejakulasi tetap berlangsung, kehamilan dapat dihindari.
Prosedur vasektomi umumnya berlangsung selama 10–30 menit dan dilakukan secara rawat jalan. Terdapat dua teknik utama dalam prosedur ini:
1. Teknik Konvensional
Pada teknik ini, dokter akan terlebih dahulu menyuntikkan bius lokal ke area testis dan skrotum untuk menghilangkan rasa nyeri. Setelah itu, dibuat satu atau dua sayatan kecil pada kulit skrotum untuk menjangkau saluran sperma di kedua sisi.
Setelah itu, saluran sperma akan diputus, kemudian ujungnya ditutup dengan jahitan atau melalui proses pembekuan menggunakan alat kauter (diathermy). Setelah prosedur selesai, sayatan pada kulit akan dijahit kembali.
Teknik ini cukup umum dan efektif, namun biasanya menyebabkan sedikit lebih banyak nyeri dan bengkak dibandingkan metode tanpa sayatan.
2. Teknik Tanpa Menyayat
Teknik ini merupakan metode yang lebih minim invasif. Prosedur tetap diawali dengan pemberian bius lokal pada area testis dan skrotum. Dokter akan menjepit saluran sperma melalui permukaan kulit skrotum, kemudian membuat lubang kecil menggunakan alat khusus tanpa harus melakukan sayatan.
Melalui lubang kecil tersebut, saluran sperma ditarik keluar, dipotong, lalu ujungnya disegel menggunakan alat kauter (jarum kecil yang dialiri listrik untuk membakar dan menutup saluran).
Prosedur ini tanpa membuat sayatan besar, sehingga umumnya tidak memerlukan jahitan, menyebabkan lebih sedikit perdarahan dan nyeri, serta mempercepat pemulihan.
Apa Saja Manfaat Prosedur Vasektomi
Prosedur vasektomi memiliki sejumlah manfaat yang membuatnya menjadi pilihan kontrasepsi permanen bagi banyak pasangan. Berikut beberapa di antaranya:
- Sangat efektif dalam mencegah kehamilan. Vasektomi memiliki tingkat keberhasilan hingga 99% dalam mencegah kehamilan, menjadikannya salah satu metode kontrasepsi paling andal.
- Tidak memengaruhi fungsi seksual. Vasektomi tidak mengganggu gairah seksual, kemampuan ereksi, ejakulasi, maupun orgasme. Pria tetap dapat menjalani kehidupan seksual secara normal setelah prosedur ini.
- Risiko komplikasi relatif rendah. Vasektomi merupakan tindakan medis yang relatif mudah dengan kemungkinan komplikasi dan efek samping yang rendah. Meskipun demikian, tetap ada kemungkinan munculnya efek samping ringan seperti nyeri atau pembengkakan yang biasanya bersifat sementara.
Lantas, Apa Saja Risiko Prosedur Vasektomi?
Meskipun vasektomi merupakan prosedur yang relatif aman dengan tingkat komplikasi yang rendah, tetap ada beberapa risiko efek samping yang mungkin terjadi setelah tindakan ini dilakukan.
Berikut adalah beberapa risiko yang perlu diwaspadai:
- Infeksi pada bekas sayatan. Luka bekas prosedur bisa terinfeksi, meskipun kejadian ini jarang terjadi.
- Hematoma (penggumpalan darah di skrotum). Darah dapat terkumpul di dalam skrotum dan menyebabkan pembengkakan serta rasa nyeri.
- Perasaan tidak nyaman pada testis. Beberapa pria mungkin mengalami sensasi penuh atau tidak nyaman pada testis untuk sementara waktu setelah prosedur.
- Granuloma sperma. Terjadi ketika sperma bocor dari saluran yang dipotong dan menyebabkan reaksi peradangan, membentuk benjolan keras yang tidak berbahaya.
- Hidrokel. Kondisi ketika cairan menumpuk di sekitar testis, menyebabkan pembengkakan pada skrotum.
- Spermatokel. Kista jinak yang berkembang di epididimis, yaitu saluran penghubung antara testis dan saluran sperma.
BACA JUGA: Sudah beberapa tahun menikah, namun belum memiliki keturunan? Kenali seputar Infertilitas
Jika Anda berencana menjalani prosedur vasektomi, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter spesialis urologi. Setiap orang memiliki kondisi kesehatan yang berbeda, sehingga pemeriksaan dan saran medis diperlukan untuk menentukan apakah prosedur ini tepat dan aman bagi Anda.
Artikel ditulis oleh dr. Meky Tanjung, Sp.B – FinaCS (Dokter Spesialis Bedah Umum RS EMC Cikarang & Pulomas).