Varian Omicron Covid-19 lebih berbahaya dari Varian Delta? Ketahui Fakta berikut !

Munculnya varian baru virus SARS-CoV-2 membuat dunia, termasuk Indonesia, kembali siaga dan waspada terhadap penyebaran penyakit COVID-19. Varian B.1.1.529 yang ditetapkan dengan nama "Omicron" oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah varian terbaru dari virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit COVID-19 yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan.

Pada November 2021, WHO melalui dr. Maria Van Kerkhove mengumumkan bahwa Omicron telah masuk dalam daftar varian yang dianggap perlu mendapat perhatian atau variant of concern (VOC). Beberapa negara mulai memberlakukan larangan masuk bagi warga negara asing yang baru melakukan kunjungan dari sejumlah negara di Afrika untuk mencegah penyebaran varian  B.1.1.529 ini.

Penyebaran Omicron semakin meluas hingga di banyak negara Asia, dan semakin dekat dengan Indonesia setelah Singapura dan Malaysia turut serta melaporkan kasus.

Berikut fakta mengenai Omicron yang perlu diketahui oleh masyarakat, antara lain :

  1. Kecepatan penularan
    Menurut Direktur National Institutes of Health (NIH), Dr. Francis Collins, Omicron memiliki angka penularan yang tinggi di Afrika Selatan. Peneliti dari Afrika Selatan, Salim Abdool Karim, membuat hipotesis dari data awal yang ada bahwa varian Omicron dapat menyebar lebih cepat dibandingkan dengan varian Delta. Namun hal ini masih belum dapat dipastikan karena masih dibutuhkan data lebih lanjut. Beberapa negara yang kini telah melaporkan mendeteksi varian Omicron terkait riwayat perjalanan ke Afrika Selatan, yaitu  Australia, Brazil, Kanada, Hong Kong, Israel, Jepang, Nigeria, Norwegia, Swedia, Inggris, berikut yang terbaru adalah Singapura dan Malaysia. Amerika Serikat bahkan melaporkan kasus varian Omicron tanpa riwayat perjalanan ke Afrika Selatan.
  1. Dampak paparan varian Omicron
    WHO masih terus melakukan penelitian mengenai dampak infeksi COVID-19 varian Omicron pada kesehatan. Belum ada laporan mengenai apakah varian ini memberikan dampak kesehatan yang lebih buruk dari varian-varian sebelumnya, seperti yang terjadi pada varian Delta. Melansir dari WHO, terdapat kenaikan angka rawat inap di Afrika Selatan, tetapi hal ini masih bisa terjadi akibat adanya faktor lain selain infeksi dari varian Omicron itu sendiri, seperti misalnya daya imun yang rendah.
  1. Gejala varian Omicron
    Berdasarkan data awal di Afrika Selatan, tidak ada gejala khusus atau gejala yang tidak biasa yang dilaporkan dari infeksi varian Omicron. Bahkan beberapa kasus yang dilaporkan tidak bergejala, terbilang ringan, dan bisa dilakukan perawatan di rumah. Gejala yang dirasakan oleh penderita COVID-19 varian Omicron yang dilaporkan berupa demam, lemas, dan nyeri tenggorokan. Namun, tidak ada laporan mengenai gejala batuk atau pun hilangnya indra perasa dan penciuman seperti layaknya gejala COVID-19 yang sering ditemui sebelumnya.

    CEO Pfizer, Albert Bourla, mengatakan bahwa gejala varian Omicron kemungkinan lebih ringan dibandingkan varian lainnya, akan tetapi tingkat penyebarannya lebih cepat dan lebih berisiko menimbulkan mutasi lain ke depannya.

    Meskipun demikian, masyarakat harus tetap waspada karena varian ini masih diteliti perkembangannya dan masih memiliki risiko menyebabkan gejala yang parah bahkan masih mungkin menyebabkan kematian, terutama pada kelompok orang dengan daya imun yang rendah.
  1. Perbedaan Omicron dengan varian lain
    Omicron memiliki sekitar 34 mutasi pada susunan protein asam amino-nya (30 merupakan mutasi substitusi, 3 mutasi delesi, dan 1 mutasi insersi). Dari 30 mutasi substitusi, setengahnya terletak di receptor binding domain (RBD). Ini merupakan mutasi terbanyak yang terbilang unik dan tidak ditemukan pada varian corona lainnya.

    Kepala Medis di Nference Inc., Venky Soundararajan, memperlihatkan perbandingan mutasi varian Omicron dengan beberapa varian Covid-19 sebelumnya dimana varian Alfa hanya memiliki 4 mutasi unik, varian Beta memiliki 6 mutasi unik, varian Gamma memiliki 8 mutasi unik, sedangkan varian Delta memiliki 7 mutasi unik.
  1. Efektivitas vaksin pada varian Omicron
    Hingga saat ini vaksinasi Covid-19 masih dinilai menjadi pencegahan yang cukup efektif untuk menghindari berbagai jenis varian Covid-19. Vaksin yang telah berjalan mampu memberikan perlindungan terhadap varian Omicron dan dapat menghindarkan dari gejala yang parah akibat COVID-19, terutama jika telah mendapatkan dosis vaksinasi secara lengkap dan telah melakukan vaksinasi booster.

    Selain itu, jangan lupa untuk selalu melakukan protokol kesehatan, seperti mencuci tangan, menggunakan masker, menjauhi kerumunan, dan tetap berada di rumah atau segera mencari bantuan medis saat mengalami gangguan kesehatan yang berkaitan dengan gejala Covid-19.

Artikel di review oleh dr. Fahrani Imanina Putri Nurtyas, Sp.PK (Dokter Spesialis Patologi Klinis RS EMC Sentul).

Sumber:

  1. Science Brief: Omicron (B.1.1.529) Variant. https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/science/science-briefs/scientific-brief-omicron-variant.html
  2. Classification of Omicron (B.1.1.529): SARS-CoV-2 Variant of Concern. https://www.who.int/news/item/26-11-2021-classification-of-omicron-(b.1.1.529)-sars-cov-2-variant-of-concern
  3. AJ Venkatakrishnan, Praveen Anand, Patrick J Lenehan, Rohit Suratekar, Bharathwaj Raghunathan, Michiel J.M. Niesen, Venky Soundararajan. Omicron variant of SARS-CoV-2 harbors a unique insertion mutation of putative viral or human genomic origin.