
Osteoartritis (OA) sekunder lutut merupakan kondisi degeneratif sendi yang timbul akibat faktor penyebab tertentu, dengan trauma sebagai salah satu etiologi utama, terutama pada usia produktif.
Faktor Risiko Osteoartritis
Osteoartritis (OA) merupakan penyebab utama disabilitas muskuloskeletal secara global. OA sekunder lutut (OA tipe 2) pada usia produktif (<50 tahun) menjadi perhatian karena potensi dampaknya terhadap kualitas hidup dan produktivitas kerja. Banyak faktor eksternal yang menyebabkan OA sekunder, antara lain trauma, infeksi, dan kelainan-kelainan di bentuk sendi.
Trauma lutut, terutama yang menyebabkan kerusakan kartilago, ligamen (misalnya ACL), atau fraktur intraartikular, terbukti menjadi faktor predisposisi penting dalam munculnya OA sekunder. Perubahan akibat trauma pada struktur sendi dapat mengganggu keseimbangan, memicu peradangan berkelanjutan, dan mempercepat proses degeneratif pada tulang rawan sendi.
BACA JUGA: Jangan Biarkan Lutut Bicara: Pahami Lebih Dalam Rekonstruksi ACL di RS EMC Grha Kedoya
Melihat Lebih Dekat Kasus yang Terjadi
Desain
Studi observasional deskriptif berbasis tinjauan kasus pasien usia 25–45 tahun dengan riwayat trauma lutut sebelumnya dan saat ini didiagnosis OA sekunder berdasarkan kriteria klinis dan radiologis.
Kriteria Inklusi
- Usia 25–45 tahun
- Riwayat trauma lutut (ACL rupture, fraktur intraartikular, dislokasi patella)
- Nyeri kronis dan keterbatasan fungsi sendi lutut
- Hasil radiologi yang mendukung
Kriteria Eksklusi
- OA primer tanpa riwayat trauma
- Artritis inflamasi (RA, gout)
Hasil Ringkasan Kasus
Dari 12 pasien yang memenuhi kriteria inklusi:
- 75% mengalami OA sekunder pasca cedera ACL.
- 42% memiliki riwayat fraktur tibia plateau atau patella.
- 33% menunjukkan onset gejala dalam 3–5 tahun pascatrauma.
- 100% menunjukkan tanda radiologis OA derajat ≥ grade 2 (Kellgren-Lawrence).
- 70% bekerja di sektor fisik (buruh, atlet, pekerja lapangan).
Dampak Trauma Lutut
Trauma lutut menyebabkan ketidakseimbangan mekanik dan biologis dalam sendi, menginisiasi kerusakan tulang rawan dan membran sinovial. Studi biomekanik menunjukkan bahwa instabilitas sendi pasca-ACL rupture menyebabkan distribusi tekanan abnormal, memicu perubahan degeneratif.
Proses degeneratif dimulai secara subklinis dan berkembang secara progresif, menyebabkan nyeri, keterbatasan gerak, dan kehilangan fungsi sendi. Penanganan yang terlambat atau konservatif yang tidak memadai berkontribusi pada percepatan progresivitas OA.
Faktor Risiko yang Memperparah:
- Obesitas
- Aktivitas fisik berat berulang
- Ketidakpatuhan terhadap program rehabilitasi pascatrauma
- Keterlambatan diagnosis dan intervensi ortopedi
Manajemen Klinis
Pendekatan Terpadu:
- Rehabilitasi dini pascatrauma
- Fiksasi internal tepat waktu untuk fraktur intraartikular
- Rekonstruksi ligamen jika terjadi instabilitas kronis
- Injeksi intraartikular (viskosuplemen, PRP)
- Total Knee Replacement (TKR) pada kasus lanjut yang refrakter terhadap terapi konservatif
Cegah Sebelum Terlambat
Trauma lutut merupakan faktor predisposisi utama OA sekunder pada usia produktif. Kesadaran klinis, diagnosis dini, dan manajemen yang agresif terhadap cedera intraartikular sangat penting untuk mencegah atau menunda progresi OA. Pencegahan sekunder melalui edukasi pasien dan intervensi rehabilitatif menjadi kunci untuk meminimalkan dampak jangka panjang terhadap fungsi sendi dan kualitas hidup.
Artikel ditulis oleh dr. Othdeh Samuel Halomoan, Sp.OT (Dokter Spesialis Ortopedi & Traumatologi RS EMC Cibitung & Pekayon).