ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder merupakan suatu gangguan yang terjadi pada otak anak sehingga menyebabkan anak sulit fokus serta memiliki perilaku impulsif dan hiperaktif. Penderita ADHD juga sering dianggap sebagai penderita autisme, mengingat kedua kelainan tersebut secara umum terlihat sama-sama berhubungan dengan problem perkembangan anak. Padahal ADHD dan autisme itu berbeda. Lantas, apa perbedaan ADHD dan autisme?
Apa itu ADHD?
ADHD merupakan gangguan pada neurobiologis yang biasanya diturunkan secara genetik. Hal ini menyebabkan anak dengan ADHD memiliki perilaku berbeda dari anak normal lainnya, seperti hiperaktif, kesulitan fokus, tidak dapat berperilaku dengan tenang, mudah terdistraksi, impulsif, dan sulit mengikuti instruksi. Gangguan ADHD pada anak dapat mempengaruhi fungsi dan perkembangan otak pada anak, selain itu ADHD juga dapat mempengaruhi kehidupan anak dalam hal akademis, sosial, dan emosi.
Perbedaan ADHD dan Autisme
Meskipun ADHD dan autisme sama-sama problem perkembangan pada anak, namun keduanya merupakan kondisi yang berbeda. Lalu apa saja perbedaannya, berikut adalah perbedaan ADHD dan autisme
- Perbedaan dalam tingkat fokus dan konsentrasi
Penderita ADHD cenderung menghindari hal-hal yang membutuhkan fokus dan konsentrasi tinggi, seperti membaca buku. Sedangkan penderita autisme cenderung berusaha untuk fokus, atau dapat fokus pada apa yang mereka sukai
- Perbedaan dari segi komunikasi dan interaksi dengan orang lain
Dari segi komunikasi, anak ADHD cenderung lebih dominan dalam diskusi dan berbicara tanpa henti. Berbeda dengan autisme, autisme mengalami kesulitan dalam berinteraksi, berkomunikasi, bicara/berbahasa, seperti mengungkapkan keinginan, mengungkapkan perasaan, menyusun kalimat maupun bercerita secara runut.
- Perbedaan dalam preferensi rutinitas kegiatan
Anak ADHD cenderung menghindari rutinitas yang sama setiap harinya atau dalam jangka waktu yang lama. Sementara autisme menyukai segala sesuatu yang lebih tertata dan tidak berubah-ubah secara mendadak, serta sangat rigid / kaku dalam hal-hal tertentu seperti tidak menyukai jika rutinitas nya terganggu.
- Perbedaan dalam segi waktu tegaknya diagnosa
Gejala ADHD pada anak biasanya baru dapat dilihat pada saat anak berusia 3 tahun keatas, sedangkan gejala pada anak autisme sudah dapat terdeteksi sejak anak berusia dibawah 2 tahun
Cara untuk mengasuh anak ADHD
Berikut adalah beberapa tips untuk merawat anak ADHD:
- Memberikan jadwal dan rutinitas yang terstruktur. Rutinitas dan kegiatan yang terstruktur diharapkan dapat membantu anak ADHD agar belajar untuk fokus, mengorganisir kegiatan secara berurut, mampu menyelesaikan tugas dan mampu mengatur perilaku mereka.
- Mencari tahu bakat yang mereka miliki. Melakukan kegiatan yang mereka sukai dapat membuat anak ADHD lebih tenang dan cara ini juga dapat meningkatkan kemampuan mereka
- Memberikan apresiasi. Melalui apresiasi dapat meningkatkan motivasi anak untuk melakukan perilaku yang baik.
- Memberikan aturan khusus sesuai kemampuan mereka. Peraturan dapat membantu anak ADHD agar mampu mengendalikan diri dalam berperilaku, namun peraturan yang dibuat jangan terlalu mengikat
- Berikan ruang kepada anak untuk eksplorasi. Hindari sikap terlalu overprotectif karena hal tersebut dapat memicu sifat tidak dapat hidup mandiri pada anak sehingga mereka tidak mampu mengatasi masalah.
- Memberikan makanan bergizi. Gizi seimbang dapat membantu meningkatkan fokus dan konsentrasi pada anak.
- Pemberian obat jika kondisi hiperaktif, impulsif serta sulit fokus sudah mengganggu/menimbulkna masalah dalam aktifitas anak di rumah dan di sekolah.
Setiap anak ADHD memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, sehingga tatalaksana yang diperlukan juga berbeda. Maka dari itu dibutuhkan konsultasi dengan dokter untuk mengetahui penanganan yang tepat.
Artikel ditulis oleh dr. Setyo Handryastuti, Sp. A (K) (Spesialis Anak RS EMC Tangerang).