Pemasangan Cincin pada Serangan Jantung Akut. Mengapa harus Sesegera Mungkin ?

Sejak beberapa tahun terakhir, serangan jantung menjadi penyakit yang sedang naik daun. Tidak jarang kita mendengarkan berita dari kenalan, atau kerabat yang berusia relatif muda meninggal secara mendadak dan dikatakan akibat serangan jantung. Perhatian publik terhadap serangan jantung juga makin luas karena penyakit tersebut juga menyerang para selebriti dan diberitakan secara luas oleh media. Sedangkan pemangan cincin (ring) kerap menjadi strategi pengobatan utama dan harus dilakukan segera. Mengapa demikian? Pada kesempatan kali ini, penulis akan mencoba menjelaskan apa yang dimaksud dengan serangan jantung, apa yang terjadi didalam tubuh kita pada serangan jantung beserta efeknya, dan mengapa pemasangan cincin menjadi terapi utama yang harus dilakukan segera.

Apa yang dimaksud dengan serangan jantung?

Serangan jantung merupakan salah satu bentuk presentasi dari penyakit jantung koroner. Jantung adalah suatu organ yang terdiri dari otot yang bekerja memompakan darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah, sehingga jantung bertanggung jawab terhadap ketersediaan nutrisi dan oksigen organ-organ tubuh, serta pembuangan sisa-sisa pembakaran organ-organ tubuh. Otot jantung sendiri juga memerlukan akses terhadap nutrisi, oksigen, dan jalur pembuangan seperti organ-organ lainya, dan otot jantung mendapatkan akses tersebut melalui pembuluh darah koroner.

Seseorang dikatakan menderita penyakit jantung koroner bila pembuluh darah koroner mengalami penyempitan atau penyumbatan akibat proses aterosklerosis (penumpukan lemak dan pengapuran pada dinding pembuluh darah) yang mengganggu ketersediaan nutrisi dan oksigen bagi otot jantung, akibatnya otot jantung dapat mengalami penurunan fungsi, kerusakan sementara, hingga permanen.

Penyakit jantung koroner memiliki dua presentasi utama. Pertama adalah penyakit jantung koroner stabil. Kondisi ini umumnya muncul berupa nyeri dada, nyeri ulu hati, dada terasa berat, atau panas, terpicu bila jantung bekerja lebih berat dari biasanya seperti bila seseorang berakfititas fisik, atau mengalami stress emosional, namun gejala tidak berkepanjangan, dan hilang bila beristirahat. Gejala tersebut dikatakan angina pektoris stabil. Kedua adalah kondisi dimana nyeri dada dikatakan tidak stabil atau angina pektoris tidak stabil, adalah kondisi dimana keluhan diatas muncul mendadak, atau pada aktifitas minimal atau beristirahat, durasi lebih lama hingga lebih dari 20 menit, dan tidak reda dengan istirahat, juga dapat disertai keringat dingin, mual, muntah, dan sesak nafas. Pada evaluasi selanjutnya di unit gawat darurat, apabila terbukti gejala tersebut memang benar akibat penyakit jantung koroner, barulah individu tersebut dikatakan menderita serangan jantung, atau selanjutnya disebut sebagai sindrom koroner akut (SKA).

Pada penyakit jantung koroner stabil, proses penyempitan atau penyumbatan berjalan perlahan dan menahun. Gejala baru akan muncul bilamana penyempitan sudah cukup berat dan mengganggu aliran di pembuluh darah koroner. Pada kondisi ini, berbagai evaluasi dapat dilakukan untuk menilai ringan-beratnya gangguan asupan darah terhadap jantung, juga untuk menentukan strategi pengobatan awal, apakah dengan obat atau sudah memerlukan tindakan lebih lanjut. Namun pada SKA, terjadi erosi atau pecahnya permukaan gumpalan lemak akibat aterosklerosis tersebut, dan diikuti terbentuknya bekuan darah (trombosis) secara mendadak dalam waktu cepat, sehingga aliran pembuluh darah koroner serta suplai darah menuju otot jantung terhenti secara mendadak. Otot jantung yang tidak mendapatkan suplai darah akan mengalami kerusakan di sel-selnya, yang menimbulkan sensasi nyeri dada berupa angina pektoris tidak stabil.

Efek dari serangan jantung terhadap tubuh kita

Rusaknya sel-sel otot jantung tidak hanya memberikan sensasi nyeri dada semata. Terdapat komplikasi-komplikasi lebih lanjut pada SKA, diantaranya:

  1. Terganggunya fungsi pompa jantung, sehingga darah terbendung di paru-paru, menimbulkan sesak nafas dan mengganggu suplai darah ke seluruh tubuh serta organ-organ vital seperti otak dan ginjal, kondisi ini disebut juga gagal jantung akut.
  2. Terganggunya aktivitas listrik otot jantung, sehingga denyut jantung dapat menjadi terlalu cepat, atau terlalu lambat, atau tidak beraturan, hingga berhenti berdenyut secara medadak dan menyebabkan pingsan atau kematian mendadak.
  3. Robeknya katup, sekat, atau dinding jantung bila kerusakan otot-otot jantung sangat luas, kondisi ini juga berakibat sangat fatal danangka harapan hidup yang sangat rendah meskipun sudah dilakukan tatalaksana secepat mungkin dan semaksimal mungkin. Komplikasi-komplikasi inilah yang menyebabkan serangan jantung menjadi kondisi yang sangat berbahaya dan dan berpotensi fatal dalam waktu cepat dan tiba-tiba.

Tentu saja tidak semua serangan jantung akan berakibat fatal secara mendadak. Banyak orang mengalami serangan jantung dan melewati fase perawatan atau bahkan tidak menjalani perawatan karena tidak tahu bahwa gejala yang dirasakannya sebagai serangan jantung merasa kembali sehat dan melanjutkan akfitas sehari-harinya. Namun kerusakan permanen pada otot jantung dalam periode waktu tertentu akan menurunkan fungsi pompa jantung secara gradual. Penderita serangan jantung akan merasa lebih mudah lelah, nafas sesak, dan dapat disertai bengkak pada kaki dan perut akibat bendungan cairan tubuh secara bertahap pada paru-paru, tungkai bawah, dan perut. Kondisi ini disebut juga gagal jantung kronis.

Orang dengan gagal jantung kronis akan terus memburuk gejalanya bila tidak diobati, dan akan bergantung dengan banyak obat-obatan yang diberikan selama hidupnya agar dapat berfungsi sehari-hari dengan gejala yang minimal, dan juga berrisiko lebih besar mengalami serangan jantung berulang serta kematian jantung mendadak.

Pemasangan cincin pada serangan jantung sebagai solusi

Pemasangan cincin pada pembuluh darah koroner atau selanjutnya disebut dengan Percutaneous Coronary Intervention (PCI), adalah prosedur untuk membuka penyempitan/sumbatan akibat plak aterosklerosis atau gumpalan darah pada pembuluh darah koroner dengan tujuan mengembalikan suplai darah ke otot jantung, sehingga disamping menghilangkan gejala nyeri dada, dapat menjaga agar otot jantung dapat tetap sehat dan berfungsi sebagaimana mestinya. Pada kasus penyakit jantung koroner stabil, jantung masih mendapatkan suplai darah walaupun kurang adekuat sehingga otot jantung masih hidup walau terganggu fungsinya dan PCI dapat tentukan waktunya sesuai keinginan penderita. Namun pada SKA, suplai darah pada otot jantung berhenti secara total dan sel-sel otot jantung akan mengalami kematian secara permanen dalam hitungan menit hingga jam dengan kerusakan yang berat, sehingga pada SKA, pengembalian suplai darah pada otot jantung dengan PCI harus dilakukan secepatnya guna menghentikan proses kerusakan dan kematian sel-sel otot jantung secepat mungkin.

Apabila PCI dilakukan dalam kurun waktu yang cukup lama sejak kejadian serangan jantung, Kerusakan yang terjadi pada otot-otot jantung mungkin sudah lebih berat, sehingga penderita memiliki kemungkinan lebih besar mengalami kerusakan otot jantung yang lebih luas. Hal ini memiliki beberapa dampak buruk diantaranya: 1) waktu perawatan lebih lama dengan obat-obatan lebih banyak dan biaya lebih mahal. 2) Terjadi gagal jantung yang lebih berat, sehingga penderita serangan jantung akan tergantung dengan lebih banyak obat, berpotensi rawat-inap berulang, biaya pengobatan yang lebih tinggi, dan kualitas hidup sehari-hari serta produktifitas terganggu akibat gejala gagal jantung. Sedangkan bila dilakukan sedini mungkin, diharapkan kerusakan sel-sel otot jantung masih minimal, dan penderita tidak jatuh kedalam kondisi gagal jantung baik segera maupun jauh dimasa depan, sehingga pasca perawatan serangan jantung kualitas hidup relatif lebih baik dengan gejala minimal dan biaya pengobatan rutin yang lebih rendah.

Oleh sebab itu, sangat penting bagi masyarakat untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan seseorang berisiko terkena serangan jantung, mengenali dengan cepat gejala dan tanda serangan jantung, meminta pertolongan secepatnya ke fasilitas kesehatan yang adekuat, dan mengambil keputusan yang tepat dan cepat terhadap langkah-langkah tatalaksana serangan jantung seperti perawatan intensif dan tindakan PCI. Penanganan serangan jantung yang cepat dan tepat akan memungkinkan penderita untuk melalui periode perawatan dengan fungsi jantung yang lebih terjaga, melanjutkan kehidupan sehari-hari dengan gejala minimal, kualitas hidup yang lebih baik, dan biaya pengobatan rutin yang lebih rendah.

Artikel ditulis oleh dr. Aron Husink, Sp.JP (K) FIHA, Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah di Rumah Sakit EMC Tangerang. Untuk jam praktek dr Aron, Hari Senin dan Rabu pk 19.00 – pk 20.00.

Pendidikan & Pelatihan dr. Aron Husink, Sp.JP (K) FIHA :

2006 - Faculty of Medicine, Universitas Indonesia (Bachelor of Medicine/B.med)

2008 - Faculty of Medicine, Universitas Indonesia (Medical Doctor/M.D.)

2015 - Faculty of Medicine, Universitas Indonesia, Resident in Cardiology and Vascular Medicine (Fellowship of Indonesian Heart Association/FIHA)

2016 - 1st Winner of Young Investigator Award at 25th ASMIHA, Jakarta. Title of Paper: Harapan Kita Score as Predictor of In-Hospital Mortality and Morbidity after Heart Valve Surgery

2017 - 1st Winner of Oral Case Presentation of the 9th ISICAM-InaLIVE. “When the Savior Becomes the Devil: Trapped and Fractured Side Branch Wire”

2018 - One Belt and One Road Interventional Cardiology Training Program. Collaboration between Indonesian Society of Interventional Cardiology and China Cardiovascular Association

Jadwal Praktek :

Senin, pk 19.00 – 20.00 WIB.

Rabu, pk 19.00 – 20.00 WIB.