Mengenal Endometriosis, Salah Satu Penyebab Wanita Sulit Hamil

Endometriosis sejauh ini merupakan salah satu gangguan kesehatan yang menjadi momok yang sangat menakutkan untuk seorang wanita. Endometriosis merupakan salah satu gangguan kesuburan yang dapat menurunkan kemungkinan seorang wanita untuk mengandung. Meski begitu bukan berarti endometriosis tidak dapat dikendalikan, dengan penanganan yang tepat efek endometriosis dapat diminimalisir sehingga kemungkinan untuk hamil pun dapat meningkat. 

Apa itu endometriosis?

Endometriosis adalah penyakit inflamasi dimana ditemukan adanya jaringan endometrium atau dinding dalam rahim di tempat yang tidak seharusnya, bisa di indung telur, otot rahim, selaput dinding panggul dan organ lainnya. Penyakit ini ditandai dengan nyeri saat haid ataupun nyeri saat berhubungan. Gejala lain yang dapat terjadi adalah mens yang banyak, nyeri panggul menahun, nyeri bokong, keluar darah di kotoran atau air seni saat haid dan nyeri menjalar dari perut bawah ke atas atau belakang.

Endometriosis dapat dibagi menjadi stadium I-II dan stadium III-IV dimana pada stadium I-II, endometriosis ditemukan hanya berupa bercak-bercak endometriosis di dinding perut atau panggul sedangkan pada stadium III-IV endometriosis ditemukan berupa kista endometriosis di ovarium atau adenomiosis di otot rahim. Endometriosis stadium I-II tidak dapat dilihat dengan USG transrektal atau transvaginal bahkan MRI. Diagnosis endometriosis stadium I-II hanya dapat dilakukan lewat prosedur laparoskopi dimana kamera dimasukkan melalui lubang 1 cm di perut untuk dapat melihat bercak-bercak endometriosis di dinding perut atau panggul. Jadi bagi pasien dengan gejala nyeri haid hebat tetapi tidak ditemukan kelainan lewat pemeriksaan USG, belum tentu tidak ada endometriosis.

Endometriosis secara patologi sel-selnya masih jinak walaupun sifat endometriosis seperti kanker dimana penyakit ini menyebar dan berinfiltrasi ke dalam membuat susukan ke dalam dinding perut dan panggul serta organ lain. Endometriosis yang tumbuh di indung telur menjadi kista endometriosis atau kista coklat. Endometriosis yang tumbuh di otot rahim menjadi Adenomiosis. Adenomiosis ini sering diduga mioma atau fibroid. Secara klinis keduanya berupa benjolan atau tumor yang tumbuh di otot rahim. Tetapi tampilan USG dan sifatnya jauh berbeda. Mioma berbatas tegas terpisah dari otot rahim sekitarnya sehingga operasi pengangkatan mioma dapat dipastikan bersih sedangkan Adenomiosis berbatas tidak tegas karena sel-sel adenomiosis berinfiltrasi ke dalam sel-sel otot rahim normal sehingga pengangkatan adenomiosis tidak pernah bisa bersih sama sekali dan berakibat pada angka kekambuhan yang tinggi sekali. Karena itu operasi definitif untuk adenomiosis adalah angkat beserta rahimnya untuk memastikan tidak akan kambuh lagi.

Kenapa endometriosis membuat wanita sulit hamil?

Ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini antara lain:

  1. Endometriosis menurunkan kualitas sel telur.
    Salah satu teori endometriosis adalah penumpukan radikal bebas dan zalir peritoneal yang toksik terhadap embrio dan sel telur. Radikal bebas yang dipicu oleh paparan terhadap polutan lingkungan ini sangat berpengaruh terhadap kualitas sel telur sehingga berdampak pada sulitnya pembuahan atau kualitas kehamilan yang tidak baik (Blighted Ovum atau kehamilan yang tidak berkembang).
  2. Endometriosis menimbulkan perubahan anatomi normal organ reproduksi.
    Dasar dari penyakit endometriosis adalah inflamasi atau peradangan. Dari proses inflamasi ini akan dihasilkan mediator-mediator inflamasi yang akan menimbulkan perlengketan organ reproduksi. Bisa berupa tersumbatnya saluran telur, lengketnya indung telur dengan dinding belakang rahim serta usus-usus sehingga menyebabkan terhalangnya sel telur bertemu dengan sperma untuk pembuahan di dalam saluran telur.
  3. Endometriosis menurunkan cadangan sel telur (Ovarian Reserve).
    Bukan hanya kualitas, tapi kuantitas sel telur juga menurun dengan endometriosis apalagi dengan munculnya kista endometriosis di indung telur karena dengan makin membesarnya kista maka sel telur sehat akan makin terdesak. Indikasi operasi adalah jika besar kista sudah di atas 4 cm. Tindakan operasi pengangkatan kista dapat dilakukan dengan prinsip minimal invasive atau laparoskopi yaitu dengan membuat lubang kecil (0,5-1 cm) di perut, rawat hanya 1 hari dan dapat kembali ke aktivitas normal keesokan harinya. Pengangkatan kista ini jangan menunggu sampai kista besar sekali karena jika kista sudah terlanjur besar sekali maka hanya sedikit jaringan indung telur sehat yang dapat ditinggalkan yang berarti hanya sedikit sel telur sehat yang tersisa untuk dapat dibuahi sperma sehingga akan mempersulit terjadinya kehamilan. Kista endometriosis tanpa terapi tidak akan hilang sendiri tetapi akan membesar dengan makin progresifnya penyakit.
  4. Endometriosis adalah penyakit sepanjang usia reproduksi.
    Penyakit ini akan terus berkembang selama pasien masih haid dan masih dalam usia reproduksi, belum menopause. Penyakit ini akan berhenti sementara jika pasien berhenti haid (hamil atau menopause). Terlepas dari terapi yang dilakukan baik operasi maupun obat-obatan, endometriosis akan selalu kambuh karena itu kehamilan harus diupayakan, tidak menunggu, berlomba dengan kambuhnya penyakit. Harus disadari angka kekambuhan yang tinggi pada semua penyakit endometriosis berhubungan dengan sifat infiltrasi dan menyebarnya sehingga terapi apapun tidak ada yang bisa mengeradikasi bersih sel-sel endometriosis ini, apalagi jika paparan polutan lingkungan (bahan kimiawi, cemaran plastik, asap rokok dan kendaraan, zat pengawet dan pewarna, junk food dan daging olahan termasuk daging yang disuntik hormon) tidak dihindarkan.

Bagaimana terapi yang dianjurkan untuk endometriosis?

Terapi endometriosis dibagi dalam 2 golongan yaitu terapi operatif dan obat-obatan. Terapi apapun yang diambil tidak bisa mencegah kekambuhan penyakit hanya menunda atau memperpanjang waktu kambuhnya kembali. Jenis terapi yang diambil bergantung pada keinginan fertilitas pasien (ingin hamil atau tidak), usia pasien, dan derajat keparahan penyakit.

Bagi pasien yang masih ingin hamil maka terapi konservatif dengan mempertahankan rahim dan indung telur yang sehat menjadi pilihan. Prosedur pengangkatan kista dan lesi endometriosis lainnya dengan laparoskopi menjadi prosedur terbaik karena lesi endometriosis dapat divisualisasi dengan lebih jelas dengan prosedur ini sehingga pengangkatan lesi endometriosis dapat lebih bersih dilakukan dibandingkan dengan prosedur operasi biasa. Bagi pasien yang tidak ingin hamil lagi maka terapi radikal menjadi pilihan untuk mencegah angka kekambuhan yang tinggi. Bergantung pada lokasi lesi endometriosis maka dapat dilakukan operasi pengangkatan rahim (pada kasus adenomiosis) atau pengangkatan indung telur (pada kasus kista endometriosis yang berulang).

Terapi obat-obatan hanya bersifat sementara dan sangat terbatas karena mempunyai beberapa efek samping. Terapi obat-obatan membuat kondisi “hamil buatan” dengan pemberian obat-obat hormonal seperti pil KB dan hormon progesteron. Atau membuat kondisi “menopause buatan” dengan pemberian obat penekan hormon yang dibatasi maksimal hanya 6 bulan. Begitu obat distop dan haid normal kembali maka perjalanan endometriosis juga berjalan kembali.

Kesimpulan: Endometriosis merupakan penyakit inflamasi yang menurunkan kualitas dan kuantitas sel telur serta membuat perubahan anatomi normal organ reproduksi sehingga mempersulit kehamilan.

Endometriosis senantiasa berkembang dan kambuh terlepas dari terapi apapun yang diberikan karena itu bagi pasien yang ingin hamil maka kehamilan harus diupayakan dengan program hamil, tidak menunggu karena berlomba dengan kambuhnya penyakit. Kombinasi terapi operatif dengan laparoskopi dan obat-obatan penekan hormon menjadi pilihan terbaik terapi saat ini dilanjutkan segera dengan program hamil.

Setelah mengetahui serba-serbi endometriosis dan kaitannya dengan kesulitan untuk hamil pada wanita, ada baiknya Anda mulai memperhatikan kondisi kesehatan reproduksi Anda serta orang-orang tersayang. Jangan lupa untuk segera memeriksakan diri ke dokter kandungan (Spesialis Kebidanan dan Kandungan) ketika menemukan permasalahan terkait kondisi kesehatan reproduksi Anda atau orang-orang tersayang.

Artikel Ini ditulis oleh dr. Caroline Tirtajasa, Sp.OG(K) (Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan di RS EMC Pulomas).