Ketahui dan Hindari Hal-hal yang Bisa Memicu Bayi Lahir Prematur

Memiliki buah hati merupakan salah satu hal yang paling membahagiakan bagi banyak orang, terlebih bagi pasangan yang sudah lama mendambakan kehadiran buah hati. Tidak mengherankan jika banyak orang sudah mulai mempersiapkan segala kebutuhan buah hati sejak dini. Para calon orangtua biasanya mulai menerapkan beragam perlakuan khusus terhadap buah hatinya bahkan sejak dalam kandungan, mulai dari memberikan nutrisi terbaik hingga menjaga kesehatan kandungan.

Kesehatan kandungan merupakan hal penting yang perlu diperhatikan oleh setiap calon ibu dan ayah. Sayangnya, beberapa orang masih kurang memahami pentingnya menjaga kondisi kandungan, padahal risiko yang mungkin ditimbulkan akibat kelalaian dalam menjaga kandungan ini sangat serius dan dapat membahayakan tumbuh kembang bayi di kemudian hari. Salah satu risiko yang mengintai adalah kelahiran prematur. Pada kelahiran prematur, bayi terlahir sebelum memasuki usia 37 minggu atau terpaut jauh dari prediksi waktu kelahirannya. Kelahiran prematur dapat memicu beragam permasalahan dan komplikasi dalam tumbuh kembang bayi.

Oleh karena itu, ada baiknya jika calon orangtua memahami hal-hal yang dapat memicu kelahiran prematur pada bayi dan cara menghindarinya untuk memastikan buah hati tumbuh dengan optimal.

Berikut ini merupakan beberapa hal yang dapat menyebabkan bayi lahir prematur:

1. Kondisi Kesehatan Ibu

Kecenderungan untuk mengalami persalinan prematur dapat dimiliki oleh ibu yang memiliki kondisi kelelahan dan tekanan berlebih baik pada fisik maupun mentalnya. Kelelahan dan tekanan yang berlebihan akan melemahkan kondisi ibu sehingga secara tidak langsung juga berkontribusi dalam pelemahan kandungan dan meningkatkan risiko kelahiran bayi prematur.

2. Gaya Hidup Ibu

Gaya hidup ibu juga dapat memicu bayi lahir prematur, gaya hidup yang tidak sehat seperti kurang gerak dan seringnya terpapar asap rokok maupun kendaraan dapat membuat kesehatan kandungan berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Bayi dalam kandungan cenderung lebih rentan terhadap paparan zat berbahaya sehingga gaya hidup yang buruk akan membawa pengaruh negatif yang signifikan.

3. Usia saat hamil

Usia saat kehamilan memiliki pengaruh besar terhadap kelahiran prematur, wanita yang berusia di bawah 16 tahun atau yang berusia lebih dari 35 tahun saat hamil memiliki peningkatan risiko 2-4 persen melahirkan bayi prematur, dibandingkan mereka yang berada di rentang usia 21-24 tahun saat hamil.

Ibu hamil yang berada dalam usia yang kurang ideal  lebih mungkin untuk mengalami pendarahan selama kehamilan. Hal ini sebagian besar dikarenakan oleh plasenta yang tertanam lebih rendah di dalam rahim.

4. Jarak antar kehamilan

Periode antar dua kehamilan yang berjarak hanya enam sampai sembilan bulan antara kelahiran satu bayi dengan awal kehamilan berikutnya diketahui dapat meningkatkan risiko kelahiran bayi prematur. Waktu optimal antara kehamilan adalah 18 bulan, ketika kondisi rahim sudah kembali optimal dan kuat.

5. Riwayat kelahiran prematur

Risiko kelahiran bayi prematur meningkat pada wanita yang memiliki riwayat melahirkan prematur sebelumnya. Riwayat melahirkan prematur merupakan faktor risiko terkuat untuk kelahiran prematur berulang dan kekambuhan sering terjadi pada usia yang sama, dengan sekitar 70% persalinan dini terjadi dalam waktu dua minggu usia kehamilan dari kelahiran prematur pertama.

Setelah mengetahui hal-hal yang dapat menyebabkan kelahiran prematur, para calon orangtua juga sebaiknya mengetahui beberapa cara menghindarkan terjadinya kelahiran prematur. Secara umum ada tiga tahap upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari kelahiran prematur. Selain persiapan kondisi rahim dengan asupan multivitamin atau mikronutrien serta konsumsi asam folat saat 6 bulan atau setahun sebelum kehamilan, pencegahan primer yang dapat dilakukan ibu hamil adalah dengan tidak bekerja lebih dari 42 jam sepekan dan tidak berdiri terlalu lama atau lebih dari 6 jam.

Kedua, pencegahan sekunder dapat dilakukan saat gejala klinis belum terlihat nyata tapi menunjukkan keadaan yang tidak normal. Misalnya, terjadi infeksi pada vagina seperti keputihan yang berulang, gatal, dan berbau. Hal ini penting diperhatikan karena infeksi keputihan ini merupakan salah satu penyebab pecahnya ketuban dan bisa mengakibatkan kelahiran prematur.

Ketiga, pencegahan tersier dapat dilakukan saat gejala klinis terlihat nyata. Biasanya, hal ini terjadi beberapa jam jelang kelahiran prematur. Jika hal ini dilakukan, maka dokter akan melakukan beberapa tindakan untuk menunda kelahiran dengan tujuan memberi kesempatan untuk memperbaiki kualitas janin.

Mengetahui dan memahami hal-hal yang dapat menyebabkan bayi lahir prematur dan cara terbaik menghindarinya dapat membuat kualitas kehamilan dan persalinan menjadi lebih baik sehingga kualitas kesehatan bayi yang dilahirkan dan ibu yang melahirkan pun jadi terjaga. #LiveExcellently