Kenali "Kuning" Pada Bayi yang Berbahaya

Sebagian besar bayi baru lahir (neonatus) menunjukkan gejala kuning (ikterus) tiga sampai empat hari setelah lahir. Gejala kuning ini terjadi pada 40-60% neonatus cukup bulan dan 80% neonatus kurang bulan. Kuning ini merupakan hal yang normal akibat adanya perubahan tipe hemoglobin dalam sel darah merah janin saat dalam kandungan ke sel darah merah bayi pasca persalinan. Namun ada beberapa tanda waspada bahwa gejala kuning pada bayi anda bisa jadi merupakan suatu kelainan.

Apa Tanda Bayi Kuning Yang Tidak Normal?

  1. Sudah muncul kurang dari 24 jam pertama.
  2. Kuning menetap lebih dari 8 hari pada bayi cukup bulan dan lebih dari 14 hari pada bayi kurang bulan.
  3. Dalam tiga hari bayi menjadi semakin kuning.
  4. Disertai demam.
  5. Bayi tampak lemah, tidur terus-menerus, tidak mau menyusu.
  6. Pampers tampak urin bewarna kuning pekat-coklat seperti teh dan tinja warna krem-kuning pucat seperti dempul.
  7. Disertai warna tinja pucat seperti dempul.
  8. Kuning disertai perut membesar.

Penyebab kuning yang tidak normal pada bayi anda bisa saja diakibatkan oleh tidak normalnya aliran empedu dari hati ke usus (kolestasis) oleh berbagai sebab.

Berbagai penyakit penyebab kolestasis bayi berusia kurang dari 2 Bulan.

  1. Atresia biliaris.
  2. Kista koledokus.
  3. Sindrom Alagille (paucity of the interlobular bile ducts or arteriohepatic dysplasia).
  4. Inspissated bile / mucous plug.
  5. Cystic fibrosis.
  6. Neonatal Sclerosing Cholangitis.
  7. Congenital hepatic fibrosis / Caroli’s disease.
  8. Tumor/massa (intrinsik/ekstrinsik).
  9. Batu empedu.
  10. Infeksi virus (Cytomegalovirus, HIV, Herpes, Rubella, parvovirus, Echovirus, adenovirus), Bakteri (Infeksi saluran kemih, Sepsis, Syphilis), parasit protozoa (Toxoplasma) dan cacing hati.

Adanya riwayat penyakit yang berpotensi menyebabkan kuning yang tidak normal pada bayi anda.

  1. Gejala serupa pada orangtua dan saudara sekandung α1-antitrypsine deficiency, progressive familial intrahepatic cholestasis (PFIC), sindrom Alagile, cystic fibrosis.
  2. Infeksi TORCH (Toxoplasma Rubella Cytomegalovirus dan Herpes) dan Hepatitis pada seorang ibu yang sedang mengandung.
  3. Ultrasonografi fetomaternal menemukan gambaran kista koledokus.
  4. Riwayat penyakit ABO atau Rh atau Rh negatif – hemolisis.
  5. Infeksi neonatus termasuk infeksi saluran kemih, sepsis dan, infeksi virus.
  6. Gejala pencernaan – muntah, buang air besar warna dempul/pucat (dinilai dengan kartu warna tinja).
  7. Urin gelap – bilirubinemia.

Atresia bilier.

Cairan empedu berguna untuk pencernaan lemak dan akan mewarnai tinja. Atresia bilier arti harfiahnya adalah putusnya saluran empedu. Kelainan ini paling banyak terjadi di Asia Timur termasuk Asia Tenggara. Atresia bilier merupakan kelainan saluran empedu berupa kerusakan fibro-proliferatif sehingga aliran empedu dari hati ke usus tidak dapat berjalan sejak bayi lahir. Tumpukan bilirubin dalam cairan empedu ini akan meracuni dan merusak hati, otak dan dapat berakhir pada kematian.

Mengapa Atresia Bilier Harus Diketahui Sedini Mungkin?

Kuning akibat atresia bilier harus didiagnosa sedini mungkin dan dilakukan tindakan segera (sebelum usia 3 bulan) karena bayi dapat ditolong dengan operasi pembuatan jalan pintas buatan untuk aliran  empedu disebut operasi Hepatoportoenterostomi Kasai. Bila pertolongan operasi ini dilakukan sebelum bayi berusia dua bulan, keberhasilan operasi mencapai lebih dari 80% sehingga diharapkan pasien tidak meninggal di tahun pertama atau kedua kehidupannya dan 23%pasien dapat mencapai usia 20 tahun. Bila operasi Kasai baru dilakukan lewat dari usia 3 bulan, angka keberhasilnnya menurun jauh, paling tinggi hanya sekitar 20%. Keterlambatan penanganan akan berujung pada kerusakan hati yang lebih cepat dan hanya dapat ditolong dengan operasi cangkok/transplantasi hati sedangkan di Indonesia hingga saat ini belum banyak rumah sakit pusat yang sanggup melakukan transplantasi hati kecuali di RSCM Jakarta.

Sehingga amatlah penting bagi orang tua untuk segera memeriksakan bayinya yang menderita kuning tidak normal ke dokter keluarga dan dokter spesialis anak. Hal yang paling mudah dilakukan adalah dengan kartu warna tinja.

Kartu warna tinja

  1. Keterlambatan saat pertama kali berobat ke pusat kesehatan, hal ini merupakan maslah uatama di Indonesia.
  2. Data di bagian penyakit hati anak Rumah Sakit rujukan nasional RSCM menunjukkan rerata umur pasien kuning abnormal saat pertama kali datang yaitu pada usia 4 bulan.
  3. Tingginya angka keterlambatan menyebabkan tingginya angka gagal hati dan kematian pada pasien atresia bilier.
  4. Metode deteksi dini atresia bilier, seperti: pemeriksaan warna feses / tinja dan penggunaan Kartu Warna Tinja (KWT)
  5. Warna tinja pada atresia bilier yang sangat khas adalah pucat (warna 1,2 dan 3)

Kapan harus segera merujuk ke Dokter?

  1. Ikterik dengan onset sejak lahir dan tidak membaik hingga 2 minggu pascapersalinan
  2. Warna urin gelap
  3. Warna feses dempul/akolis
  4. Terdapat tanda gagal hati berupa perut yang semakin membesar, buang air besar berdarah merah (hematoschezia), muntah darah (hematemesis), buang air besar berdarah hitam (melena), berat badan sulit naik, anak lemah tampak sangat kuning dan kejang

Artikel ditulis oleh dr. Leo Rendy, Sp.B (K) Ped (Dokter Spesialis Bedah Anak RS EMC Sentul).