Hipospadia : Lubang Kencing Tidak Pada Tempatnya

Waspada jika anak tidak buang air kecil lewat saluran lubang kencing yang terletak di ujung penis. Bisa jadi ia menderita hipospadia..

Normalnya sih, anak buang air kecil melalui saluran lubang kencing (uretra) yang berada di ujung glans (kepala) penis. Nah, pada sebagian anak, buang air kecilnya tidak melalui lokasi tersebut melainkan melalui lubang yang ada di bagian bawah dari penis. Ini merupakan kelainan yang disebut hipospadia. (jika lubang kencing berada diatas batang penis disebut epispadia)

APA ITU HIPOSPADIA?

Hipospadia adalah kasus dimana urin tidak keluar melalui lubang saluran kencing (saluran uretra) yang berada di glans penis melainkan melalui lubang yang berada di bagian bawah batang penis, pada pangkal penis malah ada yang melalui kantung zakar (skotrum). Itulah mengapa sianak tidak memancurkan air kecilnya seperti lazimnya tapi mengucurkannya seperti cara si upik buang air kecil.

Kasus ini terjadi berbeda-beda di tiap negara yaitu berkisar antara 1- 8 dari 1000 kelahiran. Di Indonesia sendiri angka kejadiannya belum diketahui dengan pasti. Saat ini terdapat kecenderungan peningkatan insidens dari hipospadia yang disebabkan karena meningkatnya konsumsi pemakaian preparat hormon oleh ibu. Penyebab pasti dari kelainan ini masih belum jelas, namun ada beberapa faktor yang sudah diketahui ikut berperan penting. Diantaranya adalah faktor keturunan, 8% ayah dari anak penderita hipospadia juga mengalami hal yang sama. Pria yang mempunyai riwayat buah zakarnya tidak turun kedalam kantungnya (Kriptorkismus) mempunyai risiko lebih besar untuk mendapat anak laki-laki dengan kelainan hipospadia. Usia ibu saat melahirkan juga berpengaruh, angka kejadian hipospadia lebih tinggi 50 % pada usia ibu >35 tahun daripada yang berusia < 20 tahun. Ibu yang pada saat hamil mendapat terapi hormon estrogen, bayi laki-lakinya mempunyai risiko tinggi menderita hipospadia.  Bayi tabung juga memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami kelainan ini. Faktor lingkungan juga ikut berperan, diantaranya adalah zat-zat yang memiliki aktivitas seperti hormon estrogen yaitu fitoestrogen yang terdapat pada kacang kedelai, pil KB, Pestisida, deterjen, bahan pembuat plastik. Selain itu zat-zat yang bersifat sebagai anti androgen juga berpengaruh yaitu zat anti jamur yang banyak dipakai untuk melindungi sayuran dan buah-buahan. Ciri lain dari penderita hipospadia adalah, penisnya terlihat bengkok. Hal ini disebabkan oleh timbulnya jaringan ikat di bagian bawah penis. Ini merupakan masalah serius yang harus ditangani segera. Soalnya, jika dibiarkan sampai anak dewasa, bisa-bisa ia kesulitan untuk melakukan hubungan suami istri. Saat ini cara untuk mengatasi kelainan tersebut adalah dengan operasi.

Jenis hipospadia dibedakan berdasarkan letak dari lubang saluran kencingnya. Jenis yang ringan (tipe distal) adalah yang letak lubangnya di dekat ujung penis, yang sedang (tipe Mid) adalah yang lubangnya di batang penis, sedangkan jenis yang berat (tipe proksimal) adalah yang lubangnya di pangkal penis, kantung zakar, bahkan di selangkangan. Sebagian hipospadia adalah tipe distal. Makin ke belakang letak lubangnya (tipe proksimal) makin sulit penanganannya. 

Ada banyak teknik operasi perbaikan hipospadia, namun pada dasarnya tujuan yang hendak dicapai adalah penis yang dapat berfungsi baik sebagai alat reproduksi maupun berkemih dan bentuknya secara kosmetik mirip dengan bentuk penis yang normal.  Operasi bisa dilakukan dalam 1 tahap atau beberapa tahap, tergantung berat ringannya kasus tersebut Teknik-teknik operasi terbaru memungkinkan sebagian besar hipospadia dapat diperbaiki dalam 1 tahap.   Kalau kasusnya ringan, seperti lubang kencing yang berada di batang penis, operasi hanya akan membuat saluran kencing buatan di penis. Tetapi jika  timbul jaringan ikat, operasi akan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah menghilangkan jaringan ikat tersebut, kemudian tahap selanjutnya dilakukan pembedahan di penis untuk dibuat saluran kencing buatan.

OPERASI DI USIA DINI

Karena ciri hipospadia sangat jelas, yaitu keluarnya urin tidak pada saluran yang tepat, maka penanganan bisa dilakukan ketika sianak berusia 18-24 bulan. Mengapa sedini itu? Hal ini untuk mengantisipasi jika operasi perlu dilakukan dalam beberapa tahap, maka sebelum anak bersekolah diharapkan hipospadinya sudah selesai diperbaiki, disamping itu ukuran penisnya sudah cukup besar sehingga lebih mudah untuk melakukan operasinya. Pada penderita dengan ukuran penis yang terlalu kecil dapat dilakukan terapi stimulasi hormon sebelumnya.  Selain itu, operasi pada usia dini juga untuk menghindari masalah fisik dan psikis yang terjadi saat sianak masuk usia sekolah. Masalah psikis, tentu saja sianak malu jika buang air kecilnya tidak berdiri. Masalah fisik, tentu saja ini berkaitan dengan fungsi reproduksinya kelak. Saluran kencing yang normal akan membuat sperma yang keluar saat ejakulasi dapat masuk ke dalam vagina. Bayangkan saja kalau sperma tetap diproduksi tetapi keluar melalui lubang saluran kencing yang terletak dibawah batang penis? Repot kan?
Tak usah cemas anak sekecil itu dioperasi karena operasi yang dijalankan bersifat sederhana.

Artikel ditulis oleh dr. Johan Wibowo, Sp.U (Spesialis Bedah Urologi RS EMC Pulomas).