Mengenal Transcranial Doppler, alat Diagnostik Gangguan Pembuluh Darah Otak

Transcranial Doppler (TCD) merupakan suatu alat diagnostik yang dapat memberikan gambaran hemodinamik otak secara real-time.  Dikenal pada praktik klinis pertama kali pada 1986, saat ini TCD menjadi salah satu alat yang paling sering digunakan untuk melakukan pemeriksaan, diagnostik atau pun evaluasi terapi, pada pasien dengan gangguan pembuluh darah otak (serebrovaskular).

Pengaplikasian TCD bersifat non-invasif, tanpa memberikan efek sampig sehingga nyaman dilakukan pada pasien, meskipun pada beberapa kasus, perlu dilakukan pemeriksaan berulang dengan jarak waktu yang pendek.

TCD bekerja dengan menggunakan gelombang ultrasonik berfrekuensi rendah (2 MHz) yang menembus tulang kepala dan menyasar ke pembuluh darah yang akan dievaluasi. Prosedur pemeriksaan TCD adalah dengan menempatkan probe pada lokasi yang memungkinkan gelombang ultrasonik untuk menilai kecepatan sirkulasi darah pada pembuluh darah arteri otak, atau disebut dengan window.

Terdapat sedikitnya tiga window untuk dilakukannya TCD, yaitu daerah antara mata dan telinga (transtemporal window), atas kelopak mata (transorbital window), dan diantara tulang oksipital dan servikal 1 (transforaminal/suboccipital window). Masing-masing window dapat menunjukkan pembuluh darah yang berbeda sesuai dengan lokasi anatomisnya. Pendekatan transtemporal window dapat mengevaluasi gelombang dari arteri serebri media, arteri serebri anterior, arteri serebri posterior, dan arteri posterior komunikans; transorbital window untuk arteri oftalmika, dan arteri karotis siphon; transforaminal window untuk arteri vertebralis dan basilaris.

Salah satu gangguan serebrovaskular yang sering memanfaatkan TCD adalah stroke iskemik. Stroke iskemik terjadi ketika adanya sumbatan pada pembuluh darah otak yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ke bagian otak tertentu. Pemeriksaan TCD berperan baik pada fase skrining/ sebelum terjadinya stroke, saat terjadinya stroke, pascaterapi stroke, hingga penentuan prognosis pascastroke.

TCD dapat memberikan informasi berharga terkait keberadaan microemboli, adanya sumbatan pembuluh darah (stenosis aterom) hingga derajat sumbatan yang akan berkaitan dengan kejadian stroke pada pasien. Didapatkan sensitivitas TCD lebih dari 90% dalam menunjukkan adanya sumbatan pembuluh darah otak, terutama yang terjadi pada arteri serebri media.

Dalam perannya menentukan prognosis pasien dengan stroke iskemik akut, TCD menunjukkan tingkat beratnya sumbatan yang terjadi pada pembuluh darah terkait. Tingkat prognosis ini bervariasi dari baik dengan kemungkinan waktu pemulihan pascastroke singkat, hingga kematian diakibatkan stroke.

Pada kasus pasien stroke iskemik yang telah mendapatkan terapi dan mengalami rekanalisasi aliran darah, TCD akan bermanfaat dalam memonitor efektivitas terapi, termasuk evaluasi dalam menentukan penyesuaian dosis terapi, dan durasi diberikannya agen antifibrinolitik pada kasus rekanalisasi yang terjadi dengan cepat.

Tidak hanya stroke iskemik, pengaplikasian TCD pun dapat bermanfaat dalam penegakkan diagnosis nyeri kepala migrain, menilai adanya vasospasme pascakejadian perdarahan subaraknoid, trombosis pada sistem vena serebral, hipertensi intrakranial hingga diagnosis kematian otak (brain death).

Pada beberapa kasus, seperti stenosis arteri karotis, sinkop, atau transient ischemic attack (TIA), pemeriksaan TCD sebaiknya dibarengi dengan pemeriksaan Carotis Doppler (CD) untuk menunjang kesimpulan diagnosis.

Walaupun pemeriksaan TCD merupakan pemeriksaan sederhana dan non-invasif, hasil pemeriksaan sangat bergantung dengan operator, dalam hal ini adalah dokter spesialis neurologi/saraf. Hasil pemeriksaan TCD yang baik, disertai dengan riwayat penyakit yang jelas dan pemeriksaan fisik neurologis yang baik, tentunya akan membantu dalam menentukan tindak lanjut yang tepat pada pasien sehingga luaran klinis pun dapat dicapai dengan seoptimal mungkin.

Artikel ditulis oleh dr. Rineke Twistixa Arandita Sp.N (Spesialis Neurologi / Saraf RS EMC Pulomas).