
Disfungsi ereksi (DE), atau ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk aktivitas seksual yang memuaskan, sering kali dianggap hanya sebagai masalah seksual semata. Namun, semakin banyak bukti medis menunjukkan bahwa DE bukan hanya soal hubungan seksual, tetapi bisa menjadi indikator awal dari kondisi kesehatan yang lebih serius dan sistemik, terutama penyakit kronis yang mengancam jiwa.
Apa Itu Disfungsi Ereksi?
Disfungsi ereksi bisa menjadi "alarm" pertama yang ditunjukkan tubuh terhadap gangguan fungsi pembuluh darah, gangguan hormon, gangguan saraf, atau bahkan kondisi metabolik seperti diabetes dan sindrom metabolik. Karena itu, penting untuk tidak mengabaikan gejala DE dan memandangnya secara menyeluruh sebagai bagian dari evaluasi kesehatan umum, bukan sekadar masalah pribadi yang harus ditutupi atau dianggap sebagai konsekuensi dari penuaan.
Penyebab Disfungsi Ereksi yang Perlu Diketahui
1. Gangguan Aliran Darah ke Penis
Salah satu penyebab utama disfungsi ereksi adalah gangguan aliran darah ke penis, dan ini sangat erat kaitannya dengan kondisi aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah. Menariknya, pembuluh darah di penis jauh lebih kecil dibandingkan dengan arteri koroner di jantung.
Karena itu, ketika terjadi penyumbatan ringan saja, penis bisa menjadi organ pertama yang menunjukkan gejala, dalam bentuk disfungsi ereksi, bahkan sebelum seseorang mengalami nyeri dada atau serangan jantung. Dengan kata lain, disfungsi ereksi bisa menjadi gejala awal dari penyakit jantung koroner yang belum terdeteksi.
Studi menunjukkan bahwa pria yang mengalami disfungsi ereksi memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular dalam lima tahun setelah gejala pertama muncul, terutama jika tidak segera ditangani dan dievaluasi secara medis.
2. Pria dengan Rentan Alami Disfungsi Ereksi
Selain masalah pembuluh darah, disfungsi ereksi juga sangat sering terjadi pada pria dengan diabetes. Diabetes menyebabkan kerusakan pembuluh darah kecil dan saraf, yang keduanya memainkan peran penting dalam proses ereksi.
Lebih dari 50% pria dengan diabetes mengalami disfungsi ereksi pada suatu titik dalam hidup mereka, dan sering kali gangguan ini muncul beberapa tahun lebih awal dibandingkan pria non-diabetik.
Tak hanya itu, resistensi insulin dan kadar gula darah tinggi yang kronis juga dapat menurunkan kadar testosteron dan merusak keseimbangan hormonal, memperburuk kondisi seksual dan kualitas hidup secara keseluruhan.
Oleh karena itu, ketika seorang pria datang dengan keluhan disfungsi ereksi, dokter sebaiknya juga mengevaluasi kemungkinan adanya diabetes atau pra-diabetes yang belum terdiagnosis.
3. Gangguan Hormonal
Gangguan hormonal lain seperti hipogonadisme (kekurangan hormon testosteron) juga merupakan penyebab potensial dari disfungsi ereksi. Testosteron memainkan peran penting dalam libido (gairah seksual), produksi sperma, dan fungsi seksual pria secara keseluruhan.
Penurunan kadar testosteron bisa disebabkan oleh faktor usia, obesitas, gaya hidup tidak sehat, atau kondisi medis tertentu seperti gangguan hipofisis atau penggunaan obat-obatan tertentu. Begitu pula, stres kronis, gangguan kecemasan, dan depresi juga bisa menjadi akar masalah disfungsi ereksi yang bersifat psikosomatis.
Namun dalam praktik klinis, disfungsi ereksi akibat masalah psikologis sering kali memperburuk gejala yang disebabkan oleh faktor fisik, sehingga menjadikan kondisi ini semakin kompleks jika tidak ditangani secara holistik.
Cek Kesehatan dan Lakukan Pemeriksaan Menyeluruh
Namun, masih banyak pria yang merasa malu atau enggan membicarakan masalah disfungsi ereksi, baik kepada pasangan maupun tenaga medis. Padahal, keterbukaan dan konsultasi dengan dokter, bisa membuka jalan untuk diagnosis yang tepat dan pengobatan yang efektif.
Terapi disfungsi ereksi saat ini sudah sangat berkembang, mulai dari perubahan gaya hidup, pengelolaan penyakit penyerta, terapi hormon, hingga penggunaan obat-obatan oral. Bahkan dalam beberapa kasus, intervensi medis seperti suntikan, alat vakum, atau pemasangan implan penis bisa menjadi pilihan yang efektif dan aman.
BACA JUGA: Mengenal Prostatitis Dan Bagaimana Penangannya
Dengan melihat begitu banyaknya faktor medis yang dapat menjadi penyebab disfungsi ereksi, penting untuk mengubah sudut pandang masyarakat terhadap kondisi ini. Disfungsi ereksi bukanlah sekadar persoalan ranjang atau sekadar akibat dari stres kerja atau usia lanjut. Ini bisa menjadi tanda awal dari sesuatu yang lebih besar dan lebih serius, seperti penyakit jantung, diabetes, hipertensi, gangguan hormon, hingga kondisi mental yang tidak tertangani.
Maka dari itu, ketika disfungsi ereksi muncul, jangan hanya mencari solusi instan, tetapi jadikanlah itu sebagai motivasi untuk melakukan evaluasi kesehatan secara menyeluruh. Dengan memahami tubuh secara utuh, kita bukan hanya bisa memulihkan fungsi seksual, tetapi juga menjaga kualitas hidup dan mencegah komplikasi penyakit kronis di masa depan.
Artikel ditulis oleh dr. Faisal Abdi Matondang, Sp.U (Dokter Spesialis Bedah Urologi RS EMC Pulomas).