Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling banyak dialami masyarakat, baik di usia lanjut maupun usia produktif. Kondisi ini sering kali membutuhkan pengobatan jangka panjang, bahkan seumur hidup. Namun, di masyarakat masih beredar anggapan bahwa minum obat hipertensi secara rutin justru dapat merusak ginjal dan menyebabkan gagal ginjal. Benarkah demikian?
Sebagai dokter spesialis penyakit dalam, penting untuk meluruskan pemahaman ini agar pasien tidak salah kaprah dan justru menghentikan pengobatan yang sangat dibutuhkan.
Hubungan Hipertensi dan Ginjal
Ginjal memiliki peran penting dalam menyaring darah dan mengatur keseimbangan cairan serta tekanan darah. Tekanan darah yang terlalu tinggi dalam jangka panjang justru dapat merusak pembuluh darah kecil di ginjal. Kerusakan ini menyebabkan kemampuan ginjal menyaring darah menurun, yang lama-kelamaan dapat berujung pada penyakit ginjal kronis hingga gagal ginjal.
Dengan kata lain, hipertensi yang tidak terkontrol adalah salah satu penyebab utama gagal ginjal, bukan obatnya.
Apakah Obat Hipertensi Merusak Ginjal?
Secara umum, obat hipertensi yang diresepkan dokter aman untuk ginjal dan bahkan berperan dalam melindungi fungsi ginjal, terutama jika digunakan sesuai anjuran medis.
Beberapa poin penting yang perlu dipahami antara lain:
- ACE inhibitor dan ARB memiliki efek protektif terhadap ginjal, khususnya pada pasien dengan diabetes atau penyakit ginjal kronis tahap awal.
- Peningkatan ringan kreatinin di awal pengobatan dapat terjadi dan sering disalahartikan sebagai kerusakan ginjal.
- Perubahan ini umumnya bersifat sementara dan menandakan obat sedang bekerja menurunkan tekanan di pembuluh darah ginjal.
Dengan pemantauan fungsi ginjal secara rutin, penggunaan obat hipertensi tetap aman dan tidak membahayakan ginjal.
Lalu Mengapa Ada Pasien Hipertensi yang Mengalami Gagal Ginjal?
Kesalahpahaman sering muncul karena banyak pasien hipertensi baru terdiagnosis saat ginjalnya sudah mengalami kerusakan. Hipertensi dikenal sebagai “silent killer” karena sering tidak menimbulkan gejala. Akibatnya, pasien datang berobat dalam kondisi tekanan darah sudah tinggi bertahun-tahun dan kerusakan organ, termasuk ginjal, telah terjadi.
Saat pasien mulai minum obat, kemudian diketahui fungsi ginjal menurun, obat hipertensi sering disalahkan. Padahal, kerusakan ginjal tersebut terjadi akibat hipertensi yang lama tidak terkontrol, bukan karena obatnya.
Risiko Gagal Ginjal Justru Meningkat Jika Obat Dihentikan
Menghentikan obat hipertensi tanpa anjuran dokter dapat menimbulkan berbagai risiko serius, antara lain:
- Tekanan darah kembali tidak terkontrol, sehingga mempercepat kerusakan ginjal.
- Meningkatkan risiko komplikasi kardiovaskular, seperti stroke, serangan jantung, dan gagal jantung.
Pasien yang tidak patuh mengonsumsi obat hipertensi terbukti memiliki risiko komplikasi yang jauh lebih besar dibandingkan pasien yang rutin minum obat dan melakukan kontrol kesehatan secara teratur.
Penggunaan Obat Harus Disertai Pemantauan
Meskipun aman, obat hipertensi tetap harus digunakan sesuai anjuran dokter. Pemeriksaan rutin seperti tekanan darah, fungsi ginjal (ureum dan kreatinin), serta elektrolit darah perlu dilakukan secara berkala, terutama pada pasien usia lanjut atau yang memiliki penyakit penyerta seperti diabetes.
Penyesuaian dosis atau jenis obat dapat dilakukan bila diperlukan. Inilah pentingnya kontrol rutin dan komunikasi terbuka antara pasien dan dokter.
Faktor Lain yang Bisa Memicu Kerusakan Ginjal
Selain hipertensi, terdapat beberapa faktor lain yang dapat mempercepat kerusakan ginjal, antara lain:
- Diabetes yang tidak terkontrol
- Konsumsi obat nyeri tertentu secara berlebihan (NSAID)
- Kurang minum air putih
- Infeksi ginjal berulang
- Gaya hidup tidak sehat seperti merokok dan konsumsi garam berlebih
Sering kali faktor-faktor ini tidak disadari pasien dan justru dikaitkan dengan obat hipertensi.
Anggapan bahwa minum rutin obat hipertensi menyebabkan gagal ginjal adalah mitos yang perlu diluruskan. Justru sebaliknya, obat hipertensi berperan penting dalam melindungi ginjal dari kerusakan lebih lanjut akibat tekanan darah tinggi.
Gagal ginjal lebih sering terjadi karena hipertensi yang tidak terkontrol dalam jangka panjang, keterlambatan diagnosis, dan kurangnya kepatuhan berobat. Oleh karena itu, pasien hipertensi dianjurkan untuk minum obat secara teratur, menerapkan pola hidup sehat, dan melakukan kontrol rutin sesuai anjuran dokter.
Artikel ditulis oleh dr. Fenny Elvina Ridho, Sp.PD – FINASIM (Spesialis Penyakit Dalam RS EMC Cikarang).