Bagaimana Tips Pemberian MPASI ?

“Dokter, Makanan Pendamping – ASI, bagaimana sih cara pemberiannya? Anak saya sudah boleh dikenalkan MPASI? Saya mulai dengan pisang bagaimana dok?” Pertanyaan yang rutin ditanyakan oleh para ayah bunda saat buah hati menginjak usia 5–6 bulan. Nah mari kita bahas kiat dalam memberikan MPASI.

Sebelum memulai pemberian MPASI, petugas kesehatan perlu menilai kesiapan bayi berdasarkan perkembangan oromotor, yaitu: sudah dapat duduk dengan kepala tegak, bisa mengkoordinasikan mata, tangan dan mulut untuk menerima makanan, tertarik dengan makanan, dan mampu menelan makanan padat. Secara alamiah, kemampuan ini dicapai pada usia 4-6 bulan.

“ Anak saya sudah telihat seperti kriteria diatas Dok, selanjutnya bagaimana? “

WHO Global Strategy for Feeding Infant and Young Children pada tahun 2003 merekomendasikan agar pemberian MPASI memenuhi 4 syarat, yaitu:

1. Tepat waktu (timely)

artinya MPASI diberikan saat ASI eksklusif sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Saat menginjak usia 6 bulan, ASI tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.

ASI sudah tidak dapat mencukupi kebutuhan energi, protein, zat besi, vitamin D, seng, vitamin A sehingga diperlukan MPASI untuk melengkapi kekurangan zat gizi makro dan mikro.

Meskipun sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan zat gizi secara lengkap, pemberian ASI tetap dianjurkan karena dibandingkan dengan susu formula bayi, ASI mengandung zat fungsional seperti imunoglobulin, hormon, oligosakarida, dan lain-lain yang tidak ada pada susu formula bayi.

Usia 6-9 bulan adalah masa kritis untuk mengenalkan makanan padat secara bertahap sebagai stimulasi keterampilan oromotor. Jika pada usia di atas 9 bulan belum pernah dikenalkan makanan padat, maka kemungkinan untuk mengalami masalah makan saat di usia batita mendatang.

2. Adekuat

artinya MPASI memiliki kandungan makronutrien dan mikronutrien bayi sesuai Asupan makronutrien meliputi karbohidrat, protein, dan lemak; sedangkan zat gizi mikro mencakup vitamin, zat besi, seng, magnesium, sodium, dsb. Anemia karena kekurangan zat besi telah terbukti menurunkan skor IQ 10-15 poin. Kekurangan beberapa zat gizi mikro misalnya seng, kalium, dan magnesium dapat menurunkan kadar faktor pertumbuhan (IGF1) yang berdampak stunting (perawakan pendek akibat kekurangan zat gizi).

Golden period atau yang disebut sebagai 1000 hari pertama kehidupan bayi merupakan periode terpenting, dimana bayi mengalami perkembangan otak, otot dan tulang rangka yang pesat. Beberapa zat gizi esensial (yang harus diperoleh dari makanan) misalnya asam amino dan zat besi sangat diperlukan dalam pembentukan sinaps dan neurotransmitter yang mempengaruhi kecepatan berpikir, yang selanjutnya akan berpengaruh pada kualitas hidup anak.

3. Aman

artinya MPASI disiapkan dan disimpan dengan cara cara yang higienis, diberikan menggunakan tangan dan peralatan makan yang bersih. Untuk menjamin kebersihan dan keamanan makanan yang dikonsumsi oleh anak laksanakan beberapa hal sebagai berikut: biasakan mencuci tangan sebelum makan, pergunakan alat-alat makan yang bersih dan steril, masaklah makanan dengan benar, hindari mencampur makanan mentah dengan makanan yang sudah matang, cucilah sayur dan buah sebelum dimakan, pergunakanlah sumber air bersih, dan simpanlah makanan pada tempat yang aman.

4. Diberikan dengan cara yang benar (properly fed)

artinya MPASI diberikan dengan memperhatikan sinyal rasa lapar dan kenyang seorang anak (responsive feeding). Frekuensi makan dan metode pemberian makan harus dapat mendorong anak untuk mengonsumsi makanan secara aktif dalam jumlah yang cukup menggunakan tangan, sendok, atau makan sendiri (disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan seorang anak).

Pada tahun pertama, bayi dan orangtua belajar saling mengenali dan menginterpretasi bahasa komunikasi verbal dan non-verbal antar mereka. Proses yang bersifat timbal-balik ini membentuk dasar untuk ikatan atau perlekatan emosional antara bayi dan orangtua yang sangat penting bagi perkembangan fungsi sosial-emosional yang sehat. Bayi akan menunjukkan tanda lapar dan kenyang dengan bahasa tubuhnya (feeding cue). Jika ibu memperhatikan feeding cue dari bayinya dan memberikan ASI sesuai dengan tanda- tanda tersebut maka akan tercipta suatu jadwal makan yang paling sesuai untuk bayi tersebut yang berbeda dengan bayi lain.

Sikap ibu/ pengasuh yang tanggap terhadap tanda ini disebut responsive feeding. Responsive feeding menurut WHO mencakup:

  • Pemberian makan langsung kepada bayi oleh pengasuh dan pendampingan untuk anak yang lebih tua yang makan sendiri.
  • Peka terhadap tanda lapar dan kenyang yang ditunjukkan bayi / batita.
  • Berikan makanan secara perlahan dan sabar.
  • Dorong anak untuk makan tanpa adanya paksaan.
  • Mencoba berbagai kombinasi makanan, rasa, tekstur serta cara agar anak mau bila anak menolak banyak macam makanan.
  • Sesedikit mungkin distraktor selama makan bila anak mudah kehillangan perhatian sewaktu makan.
  • Waktu makan merupakan periode pembelajaran, pemberian kasih sayang termasuk berbicara kepada anak disertai kontak mata.

Sudah paham kan ayah bunda? Pasti tidak mudah, namun harus percaya kalau kalian bisa! Selamat mencoba..

Artikel ditulis oleh dr. Messia Paramita,Sp.A,M.Sc (Spesialis Anak RS EMC Sentul).