Pemeriksaan Ginekologi, Perlukah Dilakukan Secara Rutin?

Pemeriksaan ginekologi merupakan salah satu prosedur dalam dunia medis yang bertujuan untuk melakukan pemeriksaan gangguan atau penyakit terhadap organ reproduksi perempuan. Adapun organ tersebut meliputi vagina, serviks, rahim, serta ovarium dengan keluhan yang bervariasi seperti keputihan, gangguan pada siklus haid, hingga gangguan kesuburan. Selain itu, pemeriksaan ginekologi juga dapat dilakukan untuk melakukan pencegahan terhadap risiko penyakit kanker rahim dan kanker serviks.

Jenis pemeriksaan ginekologi
Terdapat beberapa variasi pemeriksaan ginekologi yang bergantung pada kondisi kesehatan dan usia pasien. Tetapi, terdapat beberapa jenis pemeriksaan yang umum dilakukan pada pemeriksaan ginekologi, diantaranya:

  1. Pemeriksaan panggul
    Organ pada daerah panggul yang meliputi vagina, serviks, rahim, dan ovarium akan diperiksa menggunakan alat khusus seperti spekulum. Tujuan utama dari pemeriksaan ini adalah untuk memeriksa apakah ada peradangan, infeksi, benjolan atau tanda-tanda penyakit lain pada organ reproduksi pasien.
  2. Pemeriksaan pap smear
    Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel sel dari serviks sebagai langkah pertama. Adapun tujuan dari pengambilan sampel tersebut adalah untuk mengevaluasi tanda-tanda awal kanker serviks maupun perubahan sel yang dapat berkembang menjadi kanker. Angka kesalahan pap smear 50%. Thinprep (liquid base cytology) sama dengan pap smear dengan akurasi yang lebih baik lagi.
  3. Pemeriksaan ultrasound dengan USG-TV (Transvaginal)
    USG perut tidak akurat karna terhalang lemak perut dan usus-usus.
  4. Pemeriksaan Histeroskopi
    Pemeriksaan histeroskopi merupakan pemeriksaan menggunakan alat bernama histeroskop yang berbentuk selang tipis dengan kamera di ujungnya. Alat tersebut kemudian dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dengan tujuan untuk mengangkatnya dan melihat kondisi rahim bagian dalam dan mendeteksi kondisi tertentu seperti miom, penyumbatan tuba falopi, hingga pertumbuhan abnormal seperti kanker endometrium.
  5. Tes Infeksi Menular Seksual (IMS)
    Tes IMS dilakukan untuk mendeteksi adanya infeksi menular seksual yang dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi pasien.
  6. Konsultasi kesehatan reproduksi
    Pada prosedur pemeriksaan ginekologi, dokter juga dapat berperan untuk memberikan saran serta rekomendasi yang menyangkut kesehatan reproduksi pasien seperti pemberian kontrasepsi, pemantauan siklus menstruasi, perawatan kehamilan, hingga perawatan menopause.

Manfaat pemeriksaan ginekologi
Meskipun tidak wajib untuk dilakukan, namun pemeriksaan ginekologi disarankan untuk dilakukan secara rutin dan teratur minimal 1x/tahun untuk menjaga kesehatan pada area reproduksi perempuan. Tidak hanya itu, pemeriksaan ginekologi juga dapat membantu untuk mendeteksi masalah-masalah kesehatan pada organ reproduksi perempuan seperti infeksi, kanker, hingga masalah kesuburan. Sehingga, masalah tersebut akan lebih mudah ditangani sebelum kondisi berkembang menjadi lebih parah.

Beberapa jenis pemeriksaan ginekologi seperti pap smear dan mammogram direkomendasikan untuk dilakukan secara rutin dalam rentang usia tertentu. Pap smear disarankan untuk dilakukan minimal sekali dalam 1-3 tahun sejak usia 21 tahun, sedangkan mammogram dilakukan setiap 1-2 tahun sekali setelah usia 50 tahun.

Itulah dia jenis hingga pentingnya pemeriksaan ginekologi pada perempuan. Jika Anda ingin melakukan pemeriksaan ginekologi, segera konsultasikan pada dokter terpercaya di rumah sakit terdekat.

 

Artikel ditulis oleh dr. Caroline Tirtajasa, Sp.OG (K) (Spesialis Kebidanan Kandungan, Konsultan Fertility & Hormon Reproduksi, Ahli Bedah Laparoskopi RS EMC Pulomas).